Upaya untuk memperpanjang masa simpan pakan telah dilakukan dengan menerapkan teknologi pengeringan (penurunan kadar air), tetapi upaya tersebut masih belum dapat mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau, karena daya tahan bahan pakan yang diolah dengan teknologi pengeringan tidak lebih dari 45 hari., sedangkan kekurangan pakan berkualitas tinggi di Indonesia dapat terjadi selama musim kemarau (enam bulan). Sehingga teknologi pengolahan pakan alternatif yang dapat mempertahankan pakan minimal selama enam bulan menjadi suatu kebutuhan. Aplikasi teknologi fermentasi an-aerob pada bahan pakan dan ransum, teknologi ensilage, adalah jawaban yang tepat untuk menanggulangi permasalahan kekurangan pakan.
Teknologi ensilage umumnya diapliaksikan pada ternak ruminansia, seperti sapi. Pertanyaannya, mungkinkah unggas khususnya itik diberi pakan silase? Berikut disampaikan hal yang terkait dengan teknologi silase serta pengaruh pemberiannya terhadap konsumsi air, laju perjalanan pakan dalam saluran pencernaan dan performan itik pedaging.
Silase dan Kelebihannya
Silase adalah bahan pakan atau ransum berkadar air tinggi (40 - 70%) yang diawetkan dalam kondisi an-aerob selama waktu tertentu. Silase dikatakan baik jika mempunyai pH 3-4, bau asam (didominasi oleh asam laktat), tidak berjamur mempunyai warna seperti atau mendekati warna bahan pakan atau ransum sebelum difermentasi, mengandung bakteri asam laktat lebih dari 106, dan mempunyai nilai gizi yang hampir sama dengan bahan asalnya karena kehilangan bahan kering selama proses fermentasi sangat sedikit. Silase yang baik dapat bertahan lebih dari satu tahun bila disimpan dalam kondisi an-aerob tanpa secara nyata menurunkan nilai gizinya.
Semua bahan pakan dapat dijadikan silase dengan prasyarat sebagai berikut. Bahan pakan sumber energi berkadar air tinggi akan jauh lebih mudah dibuat silase dibandingkan dengan bahan pakan sumber protein karena bahan pakan sumber protein memerlukan penambahan sumber energi yang cukup untuk keberhasilan pembuatannya. Bahan pakan yang sudah terlanjur kering seperti dedak, pollard, bungkil inti sawit, bungkil kelapa dll perlu penambahan air dan bakteri asam laktat jika ingin dibuat silase. Sedangkan ransum komplit (campuran beberapa bahan pakan) lebih mudah dibuat silase dengan tingkat keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan silase bahan baku.
Selain dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bahan pakan yang diolah dengan teknologi pengeringan, silase mengandung asam organik dan bakteri asam laktat yang sangat berguna dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Saat ini di beberapa negara maju asam organik telah diklaim sebagai bahan pemacu pertumbuhan (growth promoter), disamping sebagai bahan pengawet bahan pakan dan pangan, sedangkan bakteri asam laktat telah umum diketahui sebagai probiotik. Sehingga pemberian pakan silase pada ternak tidak memerlukan lagi penambahan bakteri asam laktat (probiotik) dan asam organik (pemacu pertumbuhan), dengan perkataan lain pemberian pakan silase pada ternak akan mengurangi biaya pakan dan sekaligus juga dapat menurunkan impor BAL dan asam organik dalam jangka panjang. Lebih jauh ternak yang diberi silase akan memperoleh air alami (air dalam bahan pakan ), sehingga kebutuhan air dari luar menjadi lebih sedikit.
Texture dan Palatabilitas Silase Ransum Komplit pada Itik
Tingkah laku itik dalam makan cukup unik karena setiap pakan yang dimakan selalu dibawa ke air minum. Keadaan ini jika tidak diperhatikan oleh peternak secara seksama akan membuat banyak pakan tercecer (terbuang) yang mengakibatkan tingginya konversi pakan. Pakan yang terbuang selain terdapat di dalam air minum juga ada yang terbuang diantara pakan dan air minum. Makin jauh jarak tempat pakan dan air minum makin banyak pakan yang terbuang. Kiat untuk mengurangi pakan yang terbuang adalah dengan meletakkan tempat pakan dan air minum sedekat mungkin (menempel) dengan cara menaruh tempat air minum di tengah tengah tempat pakan. Bentuk pakan yang diberikannya pun perlu diperhatikan. Pakan yang diberikan dalam bentuk pellet, crumble, dan pasta umumnya lebih sedikit yang terbuang dibandingkan dengan pakan bentuk mash (tepung)
Texture dan Palatabilitas Silase Ransum Komplit pada Itik
Tingkah laku itik dalam makan cukup unik karena setiap pakan yang dimakan selalu dibawa ke air minum. Keadaan ini jika tidak diperhatikan oleh peternak secara seksama akan membuat banyak pakan tercecer (terbuang) yang mengakibatkan tingginya konversi pakan. Pakan yang terbuang selain terdapat di dalam air minum juga ada yang terbuang diantara pakan dan air minum. Makin jauh jarak tempat pakan dan air minum makin banyak pakan yang terbuang. Kiat untuk mengurangi pakan yang terbuang adalah dengan meletakkan tempat pakan dan air minum sedekat mungkin (menempel) dengan cara menaruh tempat air minum di tengah tengah tempat pakan. Bentuk pakan yang diberikannya pun perlu diperhatikan. Pakan yang diberikan dalam bentuk pellet, crumble, dan pasta umumnya lebih sedikit yang terbuang dibandingkan dengan pakan bentuk mash (tepung)
Silase ransum komplit untuk pakan bebek dengan basis utama butiran dan bijian serta hasil sampingnya mempunyai tekstur yang lunak dan kompak. Tekstur seperti ini terjadi selain karena pengaruh kadar air yang tinggi dan pemadatan, juga karena adanya proses fermentasi yang merubah gula larut dalam air menjadi asam organik. Makin tinggi kadar air makin tinggi pula tingkat kelunakan dan kekompakan, dan tekstur yang dimilikinya pun mendekati tekstur pasta. Sehingga pakan silase cocok diberikan pada itik dalam rangka mengurangi terbuangnya bahan pakan akibat dari kebiasaan makan itik yang unik.
Palatabilitas (kesukaan makan) ternak termasuk itik terhadap pakan silase tidak sebaik pakan hasil olahan kering. pH yang rendah merupakan faktor utama yang membuat rendahnya palatabilitas silase. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pH silase yaitu dengan mengangin anginkan silase sebelum diberikan atau mencampurkan dengan pakan hasil olahan kering. Bila pH silase meningkat menjadi lima pada saat diberikan, maka palatabilitas silase nyata meningkat. Selain pH, faktor kebiasaan makan terhadap pakan silase juga menjadi faktor penentu palatabilitas. Ternak termasuk itik yang sudah terbiasa makan ampas tahu atau pakan sejenis yang berbau asam akan suka makan silase dibandingkan dengan ternak yang tidak terbiasa makan pakan jenis tersebut. Sehingga untuk itik yang belum terbiasa makan pakan silase diperlukan waktu beberapa hari untuk beradapatasi sebelum tingkat konsumsinya menjadi normal.
Performan Itik yang Diberi Pakan Silase
Dalam upaya menjawab pertanyaan apakah mungkin memberikan pakan silase ransum komplit pada itik maka penelitian untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan silase terhadap performan itik jantan telah dilakukan pada kandang tertutup. Pakan tersusun dari beberapa bahan pakan lokal seperti singkong, dedak, kedele, tepung ikan, jagung, dan campuran vitamin dan mineral yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan itik periode pertumbuhan. 75 ekor itik umur 7 minggu dibagi menjadi 5 kelompok dan diberikan salah satu perlakuan pakan yaitu: RO. Pakan kontrol BR1 + dedak (50:50); R1. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 30%; R2. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 40%; R3. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 50%; dan R4. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 60%. Pakan dan air minum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore. Setiap kelompok kandang ukuran 1 m2 diisi dengan 5 ekor itik. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun konsumsi pakan semua silase pada itik tidak sebaik pakan kontrol namun pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang dihasilkan sebanding. Hasil ini menunjukkan bahwa pakan silase lebih baik dibandingkan dengan pakan kontrol karena untuk menghasilkan bobot yang sama dibutuhkan jumlah pakan yang lebih sedikit. Selain itu, konsumsi air minum itik yang diberi silase lebih rendah dari itik yang diberi pakan kontrol yang berimplikasi pada kebutuhan air minum dari luar yang lebih sedikit. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pakan silase mungkin dan layak diberikan pada itik.
Palatabilitas (kesukaan makan) ternak termasuk itik terhadap pakan silase tidak sebaik pakan hasil olahan kering. pH yang rendah merupakan faktor utama yang membuat rendahnya palatabilitas silase. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pH silase yaitu dengan mengangin anginkan silase sebelum diberikan atau mencampurkan dengan pakan hasil olahan kering. Bila pH silase meningkat menjadi lima pada saat diberikan, maka palatabilitas silase nyata meningkat. Selain pH, faktor kebiasaan makan terhadap pakan silase juga menjadi faktor penentu palatabilitas. Ternak termasuk itik yang sudah terbiasa makan ampas tahu atau pakan sejenis yang berbau asam akan suka makan silase dibandingkan dengan ternak yang tidak terbiasa makan pakan jenis tersebut. Sehingga untuk itik yang belum terbiasa makan pakan silase diperlukan waktu beberapa hari untuk beradapatasi sebelum tingkat konsumsinya menjadi normal.
Performan Itik yang Diberi Pakan Silase
Dalam upaya menjawab pertanyaan apakah mungkin memberikan pakan silase ransum komplit pada itik maka penelitian untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan silase terhadap performan itik jantan telah dilakukan pada kandang tertutup. Pakan tersusun dari beberapa bahan pakan lokal seperti singkong, dedak, kedele, tepung ikan, jagung, dan campuran vitamin dan mineral yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan itik periode pertumbuhan. 75 ekor itik umur 7 minggu dibagi menjadi 5 kelompok dan diberikan salah satu perlakuan pakan yaitu: RO. Pakan kontrol BR1 + dedak (50:50); R1. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 30%; R2. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 40%; R3. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 50%; dan R4. Silase Ransum Komplit (SRK) berkadar air 60%. Pakan dan air minum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore. Setiap kelompok kandang ukuran 1 m2 diisi dengan 5 ekor itik. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun konsumsi pakan semua silase pada itik tidak sebaik pakan kontrol namun pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang dihasilkan sebanding. Hasil ini menunjukkan bahwa pakan silase lebih baik dibandingkan dengan pakan kontrol karena untuk menghasilkan bobot yang sama dibutuhkan jumlah pakan yang lebih sedikit. Selain itu, konsumsi air minum itik yang diberi silase lebih rendah dari itik yang diberi pakan kontrol yang berimplikasi pada kebutuhan air minum dari luar yang lebih sedikit. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pakan silase mungkin dan layak diberikan pada itik.
Silase ransum komplit mempunyai daya simpan lebih dari enam bulan dan layak diberikan pada itik. Konsumsi pakan yang rendah tidak perlu dihawatirkan sepanjang tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan harian itik. Aplikasi teknologi ini pada ransum berbasis bahan pakan lokal yang umum dipakai pada itik dapat menjamin ketersediaan dan kualitas pakan sehingga budidaya itik dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa harus bergantung pada musim.
(Sumber : Nahrowi*, M. Ridla* dan Allaily** *Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB Sekjen AINI. **Departement Peternakan, Fakultas Pertanian, Unsyiah, Dikutip dari : www.aini-online.org)