Kebutuhan karkas itik lokal semakin meningkat seiring dengan berjamurnya pelaku usaha kuliner berbahan baku daging itik di berbagai kota seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Peluang inilah yang menjadi alasan Ulung Irianto bersama kelompoknya membuka peternakan itik di daerah Bogor Jawa Barat.
Berbekal populasi sekitar 600 ekor itik, ia menggarap penjualan telur mentah dan usaha hilir berupa telur asin. Telur mentah dijual dipasaran sekitar Rp 1.600 – 1.700 per butir. Sedangkan telur asin Rp 2.500 per butir. “Dengan mengolah sendiri produksi telur mentah dapat memberikan nilai tambah dan perputaran uangnya cukup lumayan karena harga jualnya lebih tinggi,” ujar Ketua Kelompok Mitra Tohaga ini.
Tidak hanya itu, jika memasuki masa afkir, itik dijualnya sebagai pedaging dengan dibandrol Rp 40 ribu untuk berat hidup 1,5 kg per ekor. Hasilnya digunakan kelompok yang beranggotakan 10 orang ini sebagai tambahan untuk membeli pullet (itik yang siap bertelur di umur 7 bulan) yang harga per ekornya Rp 65.000. “Permintaan itik afkir ini cukup tinggi. Belum lama ini kami menjual 400 ekor itik yang sudah afkir,” jelasnya.
Rontok Bulu Sayap
Sebelum memutuskan itik yang dipelihara sudah memasuki masa afkir atau belum, perlu dipahami ciri–cirinya. Ulung menjelaskan, ciri itik afkir, telurnya tidak banyak dan tidak bertelur setiap hari. Dilihat secara fisik, jika sayap itik direntangkan dan bulu besarnya banyak yang rontok maka bisa diindikasikan masuk masa afkir.
Kalau lebih penasaran lagi, pengecekan itik bisa menggunakan telunjuk yang dimasukkan ke anus. Jika itik itu afkir maka di dalam saluran reproduksinya ketika diperiksa pasti kosong dan tidak ada telur. Pengecekan itik afkir dapat juga dilakukan pada tulang pubis (tulang kelamin) menggunakan jari. Jika 4 buah jari bisa pas ditulang pubis maka sudah masuk afkir dan pertanda itik sudah seringbertelur. Tapi kalau baru pas 3 jari ditulang pubisnya maka itik itu masih bagus bertelurnya.
Pria yang mulai beternak itik sejak 2010 ini mengatakan, itik yang memasuki masa afkir pada umur sekitar 26 bulan memang harus dikeluarkan. Jika tidak akan membebani biaya pakan yang semakin tinggi dibanding produksinya yang semakin menurun. “Jika dalam populasi 100 ekor dan produksi telurnya tidak sampai 50 % maka itik itu layak diafkir atau dijadikan pedaging,” tegasnya.
Sebelum memasuki masa afkir, itik mengalami 2 kali masa produktif bertelur. Sekali masa bertelur sekitar 10 bulan. Sebelum produktif bertelur kembali, selang masa bertelur itu, itik mengalami pergantian bulu dan tidak bertelur selama sekitar 2 bulan.
Itik Cihateup
Dalam beternak, Ulung lebih memilih itik lokal jenis Cihateup. Itik yang berasal dari daerah Tasikmalaya Jawa Barat ini rata–rata produksi telur sampai 60 % dan pada puncak produksi bisa sampai 85 %.
Ulung mengungkapkan, itik Cihateup yang merupakan itik asli Jawa Barat ini, lehernya lebih panjang, berat badannya lebih besar, dan berat telurnya bisa mencapai 70 gramper butir. “Selama masa periode bertelur bisa menghasilkan sekitar 250 butir telur per ekor,” ujarnya.
Kondisi lingkungan yang berbeda antara tempat asal itik Cihateup di daerah Tasikmalaya yang lebih dingin dengan di Bogor yang lebih panas, membuat itik membutuhkan waktu adaptasi hampir 2 bulan. Selama masa adaptasi itu, kondisi kandang dan pakan yang diberikan cukup mempengaruhi kondisi itik.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock edisi November 2012