Pembibitan dan Penetasan Itik

Untuk mengurangi pengeluaran untuk pembelian DOD atu bibit itik yang terbilang tidak sedikit dalam budidaya itik, maka tak salah jika kita mencoba untuk menetaskannya sendiri. Usaha pembibitan bebek bertujuan untuk menyediakan bibit bebek sendiri. metode pembibitan atau penetasan telur itik akan dilakukan secara alami dengan memanfaatkan induk ayam ataupun induk entok serta penetasan dengan menggunakan mesin tetas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan
  • Sumber Telur Tetas. Untuk mendapatkan telur tetas yang memiliki daya tetas tinggi, pastikan bahwa perbandingan jumlah itik jantan dan itik betina memenuhi syarat. Adapun perbandingan itik jantan dan betina minimal 1 : 8.
  • Kebersihan Kerabang. Kebersihan kerabang sangat berpengaruh dalam proses penetasan di mana kerabang telur yang mengandung kotoran terutama fases itik merupakan sumber bakteri dan jamur yang dapat masuk ke dalam telur yang akan menyerang embrio yang sedang berkembang atau membuat telur menjadi busuk. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka sarang atau tempat itik betelur harus dijaga kebersihannya terutama litter kandang. Telur yang banyak kotorannya sebaiknya tidak ditetaskan tapi bila terpaksa lakukan pembersihan menggunakan kain yang dibasahi air hangat dan dicampur dengan deterjen telur atau pemutih pakaian cuci dengan dosis satu sendok makan untuk satu liter air.
  • Bobot dan Bentuk Telur. Kerabang telur harus dalam keadaan utuh, licin dan berbentuk oval atau bulat telur. Bobot telur tetas yang normal antara 60g – 65g. Setelah selesai melakukan seleksi, telur tetas siap untuk ditetaskan. Untuk telur tetas yang memerlukan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin/tempat penyimpanan harus bersuhu tidak lebih dari 18°C. Hal dimaksudkan agar embrio di dalam telur tidak berkembang. Telur tetas sebaiknya tidak disimpan lebih dari 7 hari (dihitung dari mulai ditelurkan) sebab penyimpanan yang terlalu lama akan menyebabkan bertambahnya waktu menetas.
  • Proses Penetasan dalam mesin tetas. Sebelum telur tetas di masukan ke dalam mesin tetas, pastikan bahwa keadaan mesin tetas, peralatan penetasan dan kelengkapan mesin tetas sudah tersedia. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, lakukan fumigasi/pengasapan baik untuk mesin tetas maupun untuk telur yang akan ditetaskan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penetasan antara lain suhu, kelembapan, serta waktu penetasan. Suhu yang ideal untuk penetasan telur itik adalah 38°C dengan kelembapan 65% – 70%. Adapun lamanya proses penetasan yang normal adalah 28 hari.

Selain hal-hal tersebut di atas, tehnik atau cara menempatkan telur di rak mesin tetas, peneropongan telur serta pemutaran/pembalikan telur juga merupakan bagian dari keberhasilan penetasan.
  • Penempatan Telur. Penempatan telur pada rak mesin tetas tergantung dari jenis mesin tetas, posisi telur yang ideal adalah meletakan telur dengan kemiringan 40°. Hal ini akan memudahkan dalam pemutaran telur. Bagian telur yang tumpul harus terletak di atas, karena dalam perkembangannya kepala embrio akan mengarah ke atas di mana terletak kantung udara.
  • Peneropongan. Peneropongan dilakukan dengan tujuan untuk membedakan mana telur yang fertil dan steril (infertil). Telur yang fertil hidup akan terlihat seperti pembuluh darah yang menyebar seperti jala sedangkan telur yang steril akan terlihat kosong atau tampa pembuluh dara seperti jala. Peneropongan dapat dilakukan pada hari ke-7, hari ke-15 dan pada hari ke-27. Telur yang steril langsung dikeluarkan dari mesin penetasan.
  • Pemutaran Telur. Pemeturan telur dilakukan agar embrio tidak menempel ke salah satu sisi kerabang telur serta telur tetas dapat memperoleh panas yang seimbang. Pemutaran telur di mulai pada hari ke-3 sampai hari ke-25. Pemutaran telur sebaiknya dilakukan 3 kali dalam sehari.
  • Ventilasi. Dalam proses penetasan embrio membutuhkan oksigen yang cukup untuk itu ventilasi berfungsi sebagai pertukaran antara CO2 dan O2.
(Sumber :http://baca-kata.blogspot.com)

Eceng Gondok Tingkatkan Kualitas Telur Itik

Ternak itik berpotensi besar untuk dikembangkan, karena mampu memproduksi telur yang tinggi, tidak mengerami telurnya, harganya relatif stabil dan pemasaran telur relatif murah. Salah satu faktor yang paling menentukan dalam usaha ternak itik adalah faktor makanan sebagai kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup dan proses biologis di dalam tubuh ternak.

Eceng gondok merupakan gulma air yang sering merusak lingkungan dan tidak dimanfaatkan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan makanan yang bisa menekan harga ransum. Pemberian eceng gondok pada makanan itik itu, tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap produksi telur baik dari segi berat maupun jumlah butirnya. Penggunaan eceng gondok itu berpengaruh terhadap warna kuning telur dan tebalkulit telur.

Salah satu alternatif pemanfaatan eceng gondok adalah dimanfaatkan sebagai bahan pakan karena kadar protein kasarnya tinggi (11,2%). Kendalanya adalahi kecernaan nutriennya rendah, sehingga perlu pengolahan, salah satunya dengan fermentasi dengan Aspergilus niger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam amino dan kecernaan nutrien eceng gondok yang difermentasi dengan Aspergilus niger pada itik Tegal jantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada asam amino aspartat, dimana asam aspartat daun eceng gondok tanpa fermentasi sebesar 2,03% dan 1,4% pada hasil fermentasi. Kecernaan bahan organik berbeda nyata antara yang difermentasi (37,31%) dan tidak difermentasi (30,15%). Sedangkan kecernaan serat kasar tidak berbeda nyata antaradaun eceng gondok yang difermentasi ( 36,48%) dan yang tidak difermentasi (33,24%). Kesimpulan yang diambil adalah fermentasi daun eceng gondok dengan Aspergillus niger tidak meningkatkan kandungan asam amino dan kecernaan serat kasar, tetapi mampu meningkatkan kecernaan bahan organik pada ternak itik.

Sementara itu, hasil penelitian di BPTP Minahasa Sulsel, menunjukan bahwa selama ini kualitas telur untuk perlakuan kontrol (pakan basal) berat telurnya rata-rata 57,7 gram/butir dan untuk perlakuan yang diberi makanan eceng gondok mencapai 59,19 gram/butir.Kontrol adalah 7,29 dan pada perlakuan yang diberi daun eceng gondok adalah 9,10. Kemudian persentase berat kuning telur pada perlakuan kontrol 35,16 persen dan 35,99 persen pada pemberian daun eceng gondok. Rata-rata persentase berat putih telur pada perlakuan kontrol adalah 46,76 persen dan perlakuan dengan pemberian daun eceng gondok adalah 48,69 persen.

Pada perlakuan kontrol (pakan basal), itik diberikan ransum basal dengan kandungan protein kasar 16,06 persen dan energi metabolisme 2544,22- kilo kalori/kg ransum. Melalui pemberian daun eceng gondok pada makanan itik diperoleh konsumsi ransum berdasarkan bahan kering sebanyak 111,79 gram/ekor/hari.Eceng gondok dapat diberikan sampai 10 persen dalam ransum.

Cara pemberiannya ransum basal ditambah daun eceng gondok dalam keadaan segar. Guna menjaga kesegaran dari daun eceng gondok, sebaiknya pengambilan dari lokasi dilakukan setiap pagi. Sebelum diberikan, daun terlebih dahulu dicincang hingga kecil.
(Dari berbagai sumber)

Kenali Penyakit Bebek

Penyakit bebek tidak serumit penyakit ayam. Paling sering bebek kena penyakit lumpuh, bisa diatasi dengan pemberian minyak goreng atau es batu. Selama ini bebek dikenal sebagai ternak yang memiliki daya tahan tinggi terhadap serangan penyakit baik oleh bakteri maupun virus. Seperti dituturkan Santoso, peternak bebek dari Depok Jawa Barat, bebeknya jarang terserang penyakit. Kalaupun ada, penyakitnya tidak berat seperti di ayam. Tak heran jika Santoso bertahan berternak bebek dari 2003 sampai sekarang.

Pendapat yang sama juga datang dari kalangan industri. MenurutTechnical Support Medion Drh Christina Lilis L, penyakit bebek tidak serumit penyakit ayam, terutama jika dibandingkan dengan penyakit yang biasa menyerang ayam komersial. Hal ini karena bebek memiliki daya tahantubuh yang lebih tinggi dibandingkan ayam.

Lilis mencontohkan pada kasus Avian Influenza (AI) dan NewcastleDisease (ND), bebek bertindak sebagai hewan reservoir (tempat berkembang) virus AI dan ND. Artinya bebek bisa tahan terhadap virus AI dan ND tanpa menyebabkan sakit tetapi justru ia membawa dan menyebarkan virus AI dan ND kemana-mana.

Penyakit Lumpuh
Meski bebek jarang terserang penyakit yang berat seperti ayam, menurut Santoso ada satu penyakit yang kerap menjadi kendala di peternakan bebek yaitu penyakit lumpuh. Biasanya penyakit lumpuh disebabkan oleh faktor tertentu seperti bebek yang diberi pakan busuk atau diberi pakan yang sudah berjamur.

Senada, praktisi bebek Dani Garnida mengutarakan bebek yang diangon biasanya akan sering timbul penyakit lumpuh. Akibat memakan bangkai atau belatung atau juga keracunan jamur (alfatoksin pada makanan).

Lilis pun membenarkan bahwa di lapangan kasus penyakit lumpuh akibat penyakit botulismus—infeksioleh bakteri Clostridium botulinum—karenabebek sering memakan bangkai memang sering terjadi. Dampak yang ditimbulkan biasanya berupa penurunan produksi telur dan penurunan berat badan bahkan kematian. “Kalau sudah begini gejala yang paling sering terlihat leher bebek yang lunglai seperti tidak bertulang, tidak tegap setelah memakan bangkai yang sudah 1-3 hari. Beberapa jam kemudian leher lunglai ini akan berujung pada kematian,” kata Lilis.

Jika sudah terserang penyakit lumpuh, Santoso hanya memberikan minyak goreng dan es batu yang dicekokkan ke dalam mulut bebek. Menurutnya minyak goreng dan es batu cukup ampuh untuk menanggulangi masalah lumpuh yang diderita oleh bebek. Takaran yang biasanya diberikan (minumkan) Santoso yaitu es batu sebanyak 3 – 4 bulatan kemudian baru dikasih 3 – 5 cc minyak goreng. “Maka yang lumpuh itu langsung sembuh dan bangun,”ujarnya.

Tentang hal ini, Lilis memberikan analisanya. Pemberian minyak goreng akan membuat bebek merasa haus dan merangsang untuk minum sebanyak-banyaknya. “Jika bebek banyak minum, maka kadar air di dalam tubuh bebek, khususnya di dalam darah akan meningkat dan konsentrasi racun di dalam darah akan lebih encer dan daya kerjanya berkurang. Dengan demikian angka kematian diharapkan dapat diminimalkan,”jelasnya.

Pemberian es batu, lanjut Lilis, juga dimaksudkan untuk memberi asupan air dengan porsi yang banyak dalam waktu cepat ke dalam tubuh bebek sehingga proses yang terjadi kurang lebih sama dengan pemberian minyak goreng. Namun hal ini belum pernah dibuktikan melalui penelitian lebih lanjut. Ditambahkan Dani, penyakit lumpuh juga bisa diantisipasi dengan pemberian air kelapa muda (dengan) atau air susu skim.

Selengkapnya baca di Majalah Trobos edisi Oktober 2011
(Sumber : www.trobos.com)

Itik Pedaging Panen 40 Hari

Membengkaknya permintaan itik pedaging membuat kehadiran itik pedaging unggul yang cepat panen sangat diperlukan. Apalagi saat ini itik pedaging yang dipakai merupakan itik petelur. Bila itik petelur terus dipakai akan terjadi pengurasan sumber daya genetik itik petelur. Oleh karenanya banyak peternak melakukan penyilangan untuk mendapatkan itik pedaging cepat panen.

Di Jatijajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, H Engko Koswara juga memelihara itik pedaging yang dipanen 40 hari. Itik itu merupakan keturunan ke-3 (F3) dari persilangan antara jantan itik peking dan betina itik pajajaran. Menurut Engko F3 yang dihasilkan sudah 80% mirip itik lokal. Leher panjang, dan warna bulu dominan campuran cokelat dan putih atau kehitaman dan putih. “Darah pekingnya terlihat dari ukuran tubuh dan pantat itik yang besar,” ungkap Engko yang mulai menyilangkan itik sejak 2005.

Bebek silangan tanpa nama itu istimewa karena bobot 1,5 kg diperoleh dalam waktu 40 hari. Bahkan keturunan pertama (F1) bisa mencapai bobot 1,6 - 1,7 kg dalam waktu 30 hari. Engko memang tidak mempertahankan kehadiran F1 sebab ketua kelompok ternak bebek Family itu berharap itik barunya tetap bersosok itik lokal. “Pada F1 sekitar 60% masih mirip itik peking, lehernya pendek dan bulunya putih,” katanya.

Masih di wilayah Jawa Barat, Abdul Wahid di Kabupaten Cirebon pun beternak silangan F3 antara jantan itik peking dan betina rambon. Seperti Engko, Wahid yang pertama kali menyilangkan itik pada 2008 itu menginginkan itik silangannya seperti itik lokal. “Meski F3 sudah mirip, berbulu cokelat, tapi belum stabil untuk dijadikan induk. Sampai sekarang masih terus disilangkan,” kata Wahid yang memberi nama bebek cirebon alias BC pada itik baru itu.

Bebek cirebon memiliki keunggulan lantaran bisa mencapai bobot 2 kg selama 60 hari pemeliharaan. Bila berpatokan pada ukuran pasar - 1,4 - 1,5 kg per ekor - itik bisa dipanen sekitar 45 hari masa budidaya.

Sayangnya itik baru itu rakus pakan, tidak seperti itik baru silangan Yanto dan Engko yang porsi pakannya seperti memelihara itik biasa. “Pakan itik BC bisa 3 kali lipat,” ujar Wahid yang memberi campuran pakan terdiri dari menir, dedak, dan konsentrat dengan perbandingan 4:4:1 itu. Sebagai ilustrasi untuk 100 itik rambon jumlah pakan yang dibutuhkan 16 kg/hari, sementara itik BC dengan populasi sama perlu sekitar 45 kg/hari.

Pasar butuh
Peternak seperti Yanto, Engko, dan Wahid pada mulanya memang tidak berniat menghasilkan itik baru yang pertumbuhannya lebih cepat. Mereka memanfaatkan induk itik peking yang awalnya dipelihara sebagai pedaging. “Setelah dipelihara ternyata pasar itik peking belum terbuka sehingga sulit memasarkannya,” kata Wahid yang merugi hingga puluhan juta rupiah itu. Itik peking yang masih tersisa kemudian dipelihara dengan cara disatukandangkan bersama itik rambon yang berujung munculnya itik baru.

Faktor ‘ketidaksengajaan’ itu kini secara tidak langsung menjadi solusi dari sulitnya memperoleh pasokan itik pedaging untuk memenuhi permintaan rumah makan, restoran, dan warung-warung tenda penyedia menu bebek yang terus meningkat. Sebagai gambaran seretnya pasokan tercermin dari kebutuhan sebuah rumah makan penyedia itik di Jakarta Selatan. “Kebutuhan sehari 75 ekor, tapi dalam seminggu hanya 2 - 3 hari yang bisa penuh terisi,” ujar Sugeng Widodo, pemilik yang bermitra dengan 3 pengepul itu.

Kondisi serupa juga tampak di restoran Bebek Garang di Bandung, Jawa Barat, misalnya. Dari kebutuhan 100 itik per hari, tidak sepenuhnya terpasok. Padahal, pada akhir pekan kebutuhan itik melambung hingga 120 - 150 ekor. “Barang mulai sulit dicari, apalagi untuk ukuran karkas 8 - 9 ons,” kata Berry Syah Maulana, manajer pemasaran. Itu pula yang juga dialami Ali, pemilik warung bebek di bilangan Boromeus Bandung yang menyerap hingga 150 ekor per hari.

Bergeser ke hulu, peternak pembesar saat ini memang kesulitan menggenjot produksi karena pasokan day old duck (DOD) itik pedaging masih terbatas. Penetas DOD seperti Suherman, misalnya, meski sudah menggenjot produksi hingga 45.000 DOD, tetap kelimpungan. “Permintaan sampai 100.000 DOD per bulan,” kata penetas di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu.

Imbasnya seperti dialami Dody Faizal, peternak di Mojokerto, Jawa Timur. Permintaan yang datang berulang-ulang kerap ditolak. “Saat ini yang bisa dipasok sekitar 500 ekor/minggu,” kata Dody yang memelihara 4.000 itik mojosari itu. Hal sama diungkapkan oleh Ade, Uyu, dan Arifin - ketiganya pengepul itik di Bandung, Jawa Barat. “Untuk mendapat 500 ekor per hari saat ini sulit bukan main,” kata Ade yang mensyaratkan karkas berbobot 6 - 8 ons itu. Padahal, permintaan pelanggan yang mesti dilayani mencapai 1.000 ekor/hari.

Silangan
Sejak 2 tahun lalu kondisi pasar itu sudah diprediksi Acas Sarminto. “Tanpa inovasi dalam pengembangan itik sulit memenuhi kebutuhan pasar,” kata peternak di Surabaya, Jawa Timur, itu. Acas yang mengembangkan itik peking pun mulai berkonsentrasi menyilangkan itik peking dan itik mojosari. “Hasil silangan ini sudah ada sekitar 1.000-an ekor,” kata pemilik Gerai Bebek Peking yang menargetkan panen itik berbobot 1,8 kg dalam waktu 50-an hari itu.

Pun Sofwan di Jombang, Jawa Timur. Sofwan saat ini membesarkan itik raja silangan jantan itik mojosari dan betina alabio yang diperoleh dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Kabupaten Bogor. “Itik raja bisa dipanen setelah berumur 40 - 42 hari dengan bobot 1,2 - 1,3 kg/ekor,” kata koordinator PPL di Kecamatan Wonosalam yang kini memelihara 600 itik raja.

Balitnak pun tidak ketinggalan untuk memasok itik unggul pedaging. Menurut Dr Hardi Prasetyo MAgr Sc, Balitnak telah meluncurkan itik pedaging PMp yang merupakan hasil persilangan antara itik jantan peking dan betina itik mojosari putih. Kehadiran itik yang pada umur 10 pekan dapat mencapai bobot 2 - 2,5 kg/ekor dengan kulit bersih dan cerah itu diharapkan mampu mengurangi pemakaian itik petelur yang saat ini sumber itik pedaging. “Dengan begitu tidak terjadi pengurasan sumberdaya genetik itik petelur,” ujar peneliti madya bidang Penelitian, Pemuliaan, dan Genetika Ternak di Balitnak itu.

Meski itik-itik silangan baru itu sudah diternak, tetapi sejauh ini ketersediaan DOD masih menjadi kendala. Faktor itu muncul lantaran belum stabilnya genetik itik-itik baru itu. Maka dari itu wajar bila harga DOD itik baru bisa mencapai 2 - 3 kali lipat harga DOD itik biasa yang berkisar Rp3.000 - Rp4.000 per ekor itu. Toh sebagai salah satu solusi sumber pasokan kehadiran itik-itik baru itu pantas dilirik. (Dian Adijaya S/Peliput: Faiz Yajri, Tri Susanti, dan Rosy Nur Apriyanti)
Sumber : www.trubus-online.com

Seleksi Itik Silangan PMp untuk Bibit Induk Pedaging


Itik dapat menjadi penghasil daging yang potensial, termasuk itik serati, hasil persilangan antara entok dan itik. Bobot badan itik serati hasil persilangan entok dan Tsaiya umur 10 minggu rata-rata 2,20 kg. Itik serati di Indonesia merupakan hasil persilangan antara itik betina PMp (Peking x Mojosari putih) dan pejantan entok (EPMp). Prospek usaha itik pedaging cukup baik seiring dengan makin tingginya permintaan daging itik potong. Selama ini, sebagian besar daging itik berasal dari itik petelur afkir.

Untuk menghasilkan bibit induk bermutu dilakukan seleksi terarah pada kelompok itik PMp, yang kemudian menjadi galur yang memiliki karakteristik tertentu dan stabil. Galur induk penghasil itik serati diharapkan memiliki produktivitas tinggi (produksi telur 60-70%), rasio penggunaan pakan ± 3, bobot badan saat pertama bertelur 2,0 kg, dan berbulu putih polos. Pada tahun 2007 telah diseleks 107 ekor induk itik PMp (GO) dari 285 ekor populasi awal (PO). Produksi telur itik PO selama 6 bulan rata-rata 67,1: 23,3% dan umur pertama bertelur 186 ± 41 hari. Pada itik GO produksi telur meningkat menjadi 84,7 ± 8,6% dan umur pertama bertelur menurun menjadi 170 ± 13 hari. Dari 107 ekor itik betina terseleksi tersebut dihasilkan generasi pertama terseleksi (PI) sebagai bahan seleksi berikutnya. Diperkirakan hasil seleksi sementara itik PMp dapat memproduksi telur 10% lebih tinggi dibanding populasi awal.

Itik PMp merupakan bibit itik tipe pedaging baru yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi-Bogor. Bibit itik ini secara genetis mengandung kombinasi darah itik Peking dan itik Mojosari putih, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari tingkat bawah sampai atas dan dapat diproduksi lokal. Itik ini dapat digunakan untuk menghasilkan karkas ukuran sedang ataupun besar, sesuai permintaan konsumen, dengan kualitas daging itik yang tinggi. Adanya bibit itik yang baru ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan itik tipe petelur dalam penyediaan daging itik yang dapat berakibat pada terjadinya pengurasan sumberdaya genetik itik petelur. Selain itu, dalam upaya memenuhi kebutuhan daging itik, adanya itik PMp ini juga merupakan substitusi daging itik impor.

Karakteristik produksi ITIK PMp :
  • Warna bulu putih, sehingga warna kulit karkas juga bersih dan cerah
  • Bobot badan 2-2,5 kg pada umur 10 minggu
  • Jika dikawinkan dengan entog jantan dapat digunakan untuk menghasilkan itik serati dengan bobot badan 3 kg atau lebih pada umur 10 minggu
  • Umur pertama bertelur 5,5 – 6 bulan
  • Rataan produksi telur 6 bulan 73 – 78 %
(Sumber : www.peternakan.litbang.deptan.go.id)

Pemanfaatan Keong untuk Pakan Tambahan Bebek

Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, pasti tidak asing lagi dengan yang namanya keong. Dengan sebagian besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, tentu tidak sulit untuk menemukan keong disawah-sawah mereka. Keong ini banyak ditemukan terutama pada saat sawah petani dialiri oleh air. Dengan banyaknya keong-keong yang bertebaran disawah tentu membuat banyak petani kesal, karena keong-keong tersebut memakan tanaman padi milik petani yang relatif kebanyakan masih muda.

Sampai sekarang memang keong merupakan hama yang menjadi momok bagi petani padi, terutama pada saat musim menanam padi. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh petani untuk menghilangkan dan membuat keong tidak mengganggu tanaman padi miliknya. Tapi, keong juga bisa bermanfaat terutama bagi petani di pedesaan yang memelihara ternak itik atau lebih umum dikenal dengan nama bebek. Keong bisa dijadikan pakan tambahan sebagai sumber protein untuk meningkatkan produksi telur bebek. Adapun keong yang umum dimanfaatkan sebagai pakan tambahan biasanya keong mas.


Berdasarkan antaranews.com (2010), keong mas yang banyak dijumpai di persawahan atau pada tanaman yang cukup basah mengandung protein yang cukup tinggi, yakni 44 – 46,2 %. Oleh karena itu, keong mas bisa dijadikan alternatif sebagai pakan tambahan untuk ternak bebek untuk meningkatkan produksi telur.
Perawatan ternak bebek tidak sulit, jenis makanan apapun asal tidak basi bebek tidak akan ragu-ragu untuk memakannya. Bebek juga terkenal dengan unggas yang lebih kebal terhadap serangan penyakit dibandingkan dengan unggas yang lainnya. Pakan yang diberikan kepada ternak bebek sekurang-kurangnya harus memenuhi 2 unsur sumber pakan, yaitu pakan sumber energi dan pakan sumber protein.

Pakan ternak sumber energi yang dapat diberikan kepada bebek diantaranya yaitu dedak padi, jagung, pollard, tepung singkong, nasi kering, dan mie/roti afkir. Sedangkan pakan sumber protein yang dapat diberikan untuk ternak bebek diantaranya ikan rucah, cangkang udang dan keong.

Pemberian keong pada ternak bebek dapat meningkatkan jumlah produksi telur bebek. Keong mas ini juga sangat disukai bebek dan diyakini dapat merangsang bebek untuk bertelur. Untuk mengambil keong disawah sebaiknya dilakukan pada pagi hari, karena setelah terkena sinar matahari biasanya keong akan bersembunyi. Dengan memelihara bebek, diharapkan petani tidak kesulitan lagi untuk membasmi keong, karena justru keong bisa membantu diusaha sampingan ternaknya. Oleh karena itu, terjadi integrasi yang baik bidang pertanian-peternakan.
Sumber : www.hkti.org)

Mengenal Bahan Pakan Alternatif Ternak Itik

Banyak bahan pakan alternatif (bahan pakan pilihan) yang bisa digunakan, namun dalam mencari bahan yang akan dipakai hendaknya berpegang pada kadar protein dan energi yang diperlukan itik. Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung, menu, tepung singkong, polar, nasi keying, roti afkir dan mie afkir, namun dalam pemberiannya sebaiknya tidak dalam bentuk keying, tetapi agak basah atau jika terlalu keras perlu direndam sebelum diberikan pada itik. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi kering, sehingga nasi tersebut menjadi agak lunak/lembek dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik.

Bahan pakan sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikan rucah, cangkang udang dan keong, namun pemberiannya haruslah dalam ukuran yang cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbentuk tepung yang dapat diberikan kepada itik antara lain bungkil kelapa, tepung ikan, bekicot dan sebagainya. Kandungan zat gizi beberapa bahan, sebagai berikut :



Dedak Padi
Dedak path (bekatul) merupakan hash dari prows penggilingan path yang digiling, jumlahnya sekitar 10% dari total berat path. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang cukup tinggi. Penggunaan dedak path hingga 75% dalam ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur, asalkan kandungan nutrisi yang lainnya cukup.

Singkong
Singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai dart banyak dihasilkan di Indonesia. Bagian singkong yang dapat digunakan sebagai bahan pakan itik adalah umbi gaplek. Tepung singkong/gaplek mempunyai kandungan karbohidat atau sumber energi yang tinggi, hampir menyamai jagung, tetapi miskin akan protein (sekitar 2%). Pada umbi singkong, sebagian besar sianida terdapat pada kulitnya. Pengupasan kulit umbi, perendaman dan pengeringan dapat menurunkan kadar sianida tersebut. Tepung singkong dapat digunakan dalam pakan ink hingga 30%. Pemberian dalam jumlah yang lebih tinggi akan menyebabkan ternak mencret (diare).

Bekicot
Bekicot yang umumnya terdapat di pedesaan dapat digunakan sebagai sumber protein untuk itik. Bekicot segar mengandung protein kasar sekitar 15%, kadar protein ini dapat ditingkatkan dengan membuat tepung bekicot (dipisahkan dari kulit, dikeringkan lalu digiling). Tepung bekicot yang dibuat dari bekicot mentah mengandung 52% protein, sedangkan yang dibuat dari bekicot rebus mengandung 32,7% protein. Tepung bekicot mentah dapat dicampurkan dalam pakan itik hingga 15%, sedangkan tepung bekicot rebus hingga 20%.

Keong Emas
Keong emas balk digunakan untuk campuran pakan itik karma hewan air ini mengandung banyak protein dan kalsium. Pemberian dalam bentuk segar dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap ternak, yaitu dapat menyebabkan penurunan produksi ternak karma di dalam lendir keong tersebut terdapat suatu zat anti nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan ternak, oleh sebab itu dianjurkan menggunakan keong Emas yang telah direbus, karma zat anti nutrisi yang ada akan berkurang atau bahkan hilang setelah proses perebusan selama 15-20 menu.

Cangkang Udang
Cangkang udang (terdiri dari kepala dan kulit) merupakan limbah yang banyak ditemui di daerah pantai terutama di daerah yang mempunyai pabrik kerupuk udang dan penampungan (pengolahan) udang untuk ekspor. Cangkang udang basah mempunyai kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11% calcium dan 1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30°,% dapat meningkatkan produksi telur itik cukup tinggi.

Ikan Rucah
Ikan rucah yang banyak dihasilkan di berbagai daerah dapat digunakan sebagai sumber protein bagi itik. Pemberian ikan rucah akan Baling melengkapi kebutuhan protein jika diberikan bersamaan dengan cangkang udang.

Penyediaan pakan untuk itik yang dipelihara secara intensif wring menjadi kendala dalam peralihan cara pemeliharaan dari tradisional ke intensif, karma itik yang dipelihara secara intensif biasanya diberi pakan produksi pabrik atau pakan komersial yang menghabiskan 60-70% biaya produksi. Hal ini merupakan beban yang cukup berat apabila itik yang dipelihara hanya berproduksi rata-rata kurang dari 60%. Keadaaan ini memacu peternak untuk menyusun ransum itik sendiri. Penggunaan pakan komersial hanya terbatas untuk itik periode awal (umur 0-28 hari), hal ini berkaitan dengan alasan yang sifatnya ekonomis, disamping karma bahan baku pakan itik tidak mudah diperoleh. Pada pemeliharaan itik intensif semua kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan atau bertelur harus diberikan oleh peternak sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pembelian
pakan cukup tinggi. Oleh karma itu pemberian pakan yang murah dan memenuhi kebutuhan zat gizi sangat perlu untuk menunjang keberhasilan usaha peternakan itik. Zat gizi yang dibutuhkan oleh itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan bertelur adalah: air, protein, sumber energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan mineral
(Dari berbagai sumber-wd18102011)

Legitnya Bebek Panggang Ala Kedai San Bao Long

Konon, kedai yang menyajikan makanan dengan cara dipanggang masih belum banyak di Semarang, Jawa Tengah. Itulah yang membuat James Santosa percaya diri terjun ke bisnis ini dengan mendirikan Kedai San Bao Long.

Umur rumah makan ini memang masih muda, baru lima bulan. James Santoso membangun rumah makan tersebut bersama Dwi Aris Prihartanto, sang kepala koki. Mereka menawarkan menu utama makanan serbapanggang, termasuk bebek peking panggang dan ayam panggang.

Nuansa peranakan Tionghoa langsung terasa ketika memasuki kedai ini. Guci beraneka ukuran dan motif dan lemari uzur berisi barang pecah belah porselen dan benda koleksi antik, semua tersusun apik di berbagai sudut ruangan.

Kedai San Bao Long yang berarti Kedai Semarang memiliki lima ruangan. Terdapat satu ruangan VIP yang terpisah dalam satu ruangan tersendiri yang ditata secara apik sehingga terkesan mewah.

Ya, kedai ini memang terkesan eksklusif lantaran lokasinya yang berada di salah satu kawasan elite di Semarang, yaitu Candi. Di daerah itu masih banyak bercokol bangunan tua bergaya Eropa. Salah satunya bangunan yang disewa James sebagai tempat usaha kedainya di Jalan S. Parman No. 76.

Letak Kedai San Bao Long hanya berjarak 4 kilometer dari Simpang Lima. Anda tinggal mengarahkan kendaraan menyusuri Jalan Pahlawan kemudian Jalan Diponegoro, lantas belok ke arah kanan menuju Jalan S. Parman. Lokasi kedai yang berada di pinggir jalan memudahkan Anda untuk menemukan restoran ini.

Kedai yang mampu menampung 170 orang sekaligus ini buka sejak jam 10 pagi hingga 10 malam. Puncak serbuan pengunjung biasanya saat makan siang dan akhir pekan. Di akhir pekan, pengunjung kedai ini bisa naik dua kali lipat dari biasanya. Pada hari biasa, pengunjung yang datang rata-rata 50 orang, sedangkan di akhir pekan bisa sampai 100 orang.

Menurut James, pengunjung kedainya tak hanya keluarga, tapi juga pegawai kantoran. “Ruangan kedai ini bersekat-sekat dari tembok seperti rumah, terkesan lebih privat sehingga cocok digunakan presentasi,” ujar James.

Dijamin halal

Meski suasana Tionghoa di Kedai San Bao Long sangat kental, James menggaransi semua menu di kedainya 100% halal. Jadi, bagi Anda yang muslim, tak perlu khawatir makan di rumah makan tersebut.
Setelah duduk manis, Anda tinggal memesan menu yang tersedia. Bebek peking panggang dan ayam panggang tentu menjadi pilihan teratas.

Harga bebek peking panggang
Rp 218.000 per ekor, sedang ayam panggang Rp 38.000 seekor. Jika satu ekor terlalu banyak, Anda bisa hanya memesan satu porsi bebek peking panggang seharga Rp 33.800 dan ayam panggang Rp 18.800.

Dwi mengklaim seluruh bahan masakan di kedainya bebas bahan pengawet. Olahan bumbu dasar ia buat sendiri dari rempah-rempah. Pengolahannya pun melalui beberapa tahap yang membutuhkan waktu hingga delapan jam.

Tak hanya kekhasan bumbu, rahasia masakan kedai ini juga terletak pada kualitas bebek dan ayam. Untuk bebek, Dwi mendatangkan bebek dari Singapura yang dia ambil dari distributor di Jakarta.

Pengolahan bebek dan ayam pun spesial. Setelah jeroan bebek dan ayam dikeluarkan, seluruh bumbu dasar dimasukkan ke dalam kemudian dijahit. Setelah itu, diinapkan ke dalam lemari pembeku selama satu malam agar bumbu menyerap secara sempurna.

Daging yang lebih tebal dengan olahan bumbu khusus serta cara pengolahan yang spesial menjadi paduan sempurna untuk menciptakan sensasi bebek dan ayam panggang yang legit dan kaya rasa.

Kalau bebek peking panggang dan ayam panggang belum cukup mengganjal perut yang lapar, Anda bisa menjajal gurami San Bao Long yang juga menjadi menu andalan kedai ini. Makanan itu diolah dengan bumbu racikan sendiri yang kental beraroma rempah, seperti asem jawa dan daun serupa kemangi yang disebut grapow. “Saya datangkan bibit grapow dari Thailand kemudian ditanam sendiri di kebun,” kata Dwi.

Sensasi segar dari taburan irisan mangga di atas gurami langsung menyeruak ketika cuilan pertama daging ikan sampai di lidah. Dengan paduan bumbu rempah yang pas, niscaya semakin membuat lidah Anda tak berhenti bergoyang. Harga gurami San Bao Long Rp 65.800 per ekor.

Sebagai variasi menu, Anda bisa memesan toemis baby boencis belacan. Rasanya gurih dan keempukan buncis membuat Anda tidak akan rugi menjatuhkan pilihan pada menu sayur ini. Harga per porsinya Rp 23.800.

Ice triple San Bao Long, minuman tiga warna paduan melon, stroberi, dan jeruk menjadi pasangan serasi menyantap aneka menu panggang di kedai ini. Es krim goreng coklat atau stroberi bisa menjadi hidangan penutup yang sempurna.

Kedai San Bao Long
Jl. S. Parman 76
Semarang, Jawa Tengah
Telp. 024-70616888, 91193888
(Sumber : www.http://lifestyle.kontan.co.id)

Mempelajari Komposisi Pakan itik

Pakan merupakan kebutuhan pokok dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan dalam penyediaan dan penyusunan ransum yang baik sangat diperlukan oleh peternak.  Pada prinsipnya fungsi makanan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta menggantikan bagian-bagian yang rusak. Selanjutnya makanan untuk kebutuhan berproduksi.

A. Gizi
Yang dimaksud dengan gizi adalah zat-zat yang terkandung dalam ransum ternak yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Karbohidrat, lemak dan protein akan membentuk energi sebagai hasil pembakaran.
  1. Karbohidrat adalah sumber tenaga dan energi yang dipakai dalam setiap aktivitas di dalam tubuh dan gerak itik. Sumber karbohidrat antara lain terdapat dalam jagung, beras, sorgum dan dedak padi. 
  2. Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga serta mengandung vitamin A, D, E dan K. Kelebihan karbohidrat ditimbun di bawah kulit tubuh sebagai lemak. Jadi kekurangan lemak bisa diisi oleh karbohidrat. Tetapi lemak yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya saluran reproduksi. Adapun sumber bahan ransum yang mengandung lemak adalah jagung, kedelai dan minyak ikan. 
  3. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, mengganti jaringan-jaringan yang rusak serta berproduksi. Kebutuhan protein kasar tergantung pada fase hidup itik. Selain persentase total kandungan protein di dalam makanan, perlu juga diperhatikan keseimbangan asam amino yang membentuk protein tersebut. Untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut, penyusunan ransum dianjurkan terdiri dari berbagai macam bahan baku. Dengan demikian kekurangan suatu asam amino dapat ditutupi oleh asam amino yang diperoleh dari bahan baku lainnya. Berdasarkan sumbernya, protein dapat digolongkan menjadi dua yaitu protein yang berasal dari hewan dan protein yang berasal dari tanaman. 
    • Protein Hewan . Protein yang berasal dari hewan mempunyai nilai hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari tanaman. Sumber protein hewani antara lain terdapat dalam tepung ikan, hasil ikutan daging dari tempat pemotongan hewan dan susu bubuk kering. 
    • Protein nabati. Protein nabati berasal dari tanaman seperti jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kacang hijau dan bungkil kacang tanah. Akan tetapi kelebihan protein dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ringan, penurunan penimbunan lemak tubuh dan kenaikan tingkat asam urat di dalam darah. Selain itu dapat pula mengakibatkan litter menjadi basah yang disebabkan ternak mengkonsumsi air yang berlebihan.
  4. Mineral merupakan zat pembangun pertumbuhan dan produksi. Kebutuhan mineral relatif sedikit tetapi kekurangan mineral dapat mengakibatkan efek yang tidak menguntungkan pada ternak itik. Sumber mineral adalah dari makanan hijauan dan dari hewan. 
  5. Vitamin sangat dibutuhkan dalam metobolisme kalsium dan fosfor yang berfungsi sebagai pembentukan tulang dan kulit telur.
B. Energi
Energi adalah hasil dari proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak didalam tubuh dengan satuan pengukur kalori. Energi diperlukan untuk semua kegiatan fisiologis dan produksi itik termasuk aktivitas pernapasan, sirkulasi darah, pencernaaan makanan dan sebagainya. Karbohidrat dan lemak merupakan bahan makanan sumber energi yang praktis dan efisien. Adapun kebutuhan energi metabolisme adalah sebagai berikut :
  • Fase starter : 2800 – 3000 kkal/kg 
  • Fase grower : 2500 – 2700 kkal/kg 
  • Fase layer : 2600 – 2800 kkal/kg 


C. Bahan baku pakan
Bahan baku pakan itik beragam dan dapat digunakan sesuai ketersediaan serta tingkat harga bahan tersebut.
Adapun kandungan zat nutrisi beberapa pakan dapat dilihat di bawah ini :


D. Feed Suplement
Untuk melengkapi ransum makanan dibutuhkan vitamin, mineral dan antibiotik yang bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan, mempertahankan atau meningakatkan produksi dan menjaga kesehatan ternak itik. Feed suplement bisa hanya berbentuk vitamin, mineral atau campuran antara antiobitik dan vitamin atau juga campuran dari vitamin, antibiotik dan mineral. Cara pemberian feed suplement mengikuti aturan dari pabrik pembuatnya. Contoh perhitungan pakan buatan untuk memperoleh kandungan protein dan energi metobolisme dari beberapa bahan baku pakan untuk itik pada periode starter.


Untuk menyusun ransum atau pakan itik dara dan itik periode layer (induk petelur), cara perhitungannya sama seperti di atas. Kebutuhan protein adalah sebagai berikut :
  • Fase starter : 18 – 20 % 
  • Fase grower : 15 – 17 % 
  • Fase Layer : 17 – 19%
(Dari berbagai sumber-wd15102011)

Memanfaatkan Ampas Tahu sebagai Pakan Itik

Ransum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian ransum adalah 70% dari total biaya produksi (Sulistiyowati dan Roospitasari, 1992). Tingginya biaya produksi ini perlu ditanggulangi dengan menyusun ransum sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri (Mairizal, 1991).Usaha untuk menekan biaya makanan adalah mencari bahan makanan yang tidak bersaing dengan manusia, harganya murah, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, tersedia secara kontinyu, disukai ternak serta tidak membahayakan bagi ternak yang memakannya (Sulistiowati (1995).

Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan cara cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang tinggi yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan ternak.

Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial dipakai sebagai bahan makanan ternak karena ampas tahu masih mengandung gizi yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil. Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Wiriano 1985)

Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar (Widyatmoko,1996). Ampas tahu basah akan segera menjadi asam dan busuk dalam 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat ditanggulangi dengan cara menjemur di bawah panas matahari atau dimasukkan dalam oven.

Produk sampingan pabrik tahu ini apabila telah mengalami fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam pedaging, juga telah digunakan sebagai pakan sapi bahkan ayam pedaging. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan fermentasi.

Proses fermentasi dengan menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus Oligosporus dan R Oryzae. Proses fermentasi akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari bahan bakunya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu. Analisis proksimat ampas tahu mempunyai kandungan nutrisi cukup baik sebagai bahan ransum sumber protein. Ampas tahu mengandung protein kasar 21,29%, lemak 9,96%, SK 19,94% (Syaiful, 2002) kalsium 0,61%, phospor 0,35%, lisin 0,80%, methionin 1,33% (Lab. IPB, 1995).

Menurut L. D. Mahfudz, E. Suprijatna dan W. Sarengat melakukan riset untuk mangkaji ampas tahu fermentasi sebagai bahan pakan serta menganalisa pengaruhnya sebagai bahan penyusun ransum ayam pedaging strain Arbor Acres umur 1 minggu “unsex” dengan berat badan rata-rata 120,08±15,58 g. Ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan penyusun ransum difermentasi dengan ragi yang mengandung kapang Rhyzopus Oligosporus dan R. Oryzae. Ransum disusun dengan kandungan protein dan energi yang sama (iso protein dan iso energi). Ransum periode awal mengandung protein 22% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg, sedang ransum periode akhir mengandung protein 20% dan energi metabolis 3.000 kkal/kg. secara nyata memperlihatkan adanya peningkatan konsumsi pakan, pertambahan berat badan, berat badan akhir dan berat karkas, seiring dengan meningkatnya level ampas tahu dalam pakan. Namun persentase karkas secara nyata tidak berbeda, sedangkan konversi pakan secara nyata lebih baik dengan pemberian ampas tahu fermentasi.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Tanwiriah.W, Garnida D, Asmara.I.Y, pemberian ransum yang mengandung tepung ampas tahu 30% dengan kandungan serat kasar ransum 87% masih menghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda dengan ransum kontrol. Hal ini membuktikan bahwa entok bisa mentolerir kandungan serat kasar ransum yang lebih tinggi dari 8%. Begitupun konversi ransum, pemberian ransum yang mengandung tepung ampas tahu tidak berbeda, karena konsumsi ransum tidak berbeda demikian juga dengan pertambahan bobot badan. Selain itu konversi yang sama memperlihatkan bahwa semua ransum mempunyai tingkat efisiensi yang sama, meskipun mempunyai kandungan serat kasar yang berbeda.

Tekhnologi fermentasi dapat merubah komposisi kimia ampas tahu menjadi bernilai gizi lebih baik, fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu.Pemberian ransum yang mengandung tepung ampas tahu 30% menghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda dengan ransum kontrol, begitupun pada konversi ransum.Dengan demikian pemberian ampas tahu dengan batasan tertentu memberikan dapak yang positif terhadap unggas.

Daftar pustaka
Amrullah, A. K. 2003. Nutrisi unggas. Lembaga Satu Gunung budi, Bogor.
Anggorodi, 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. U-I Press. Jakarta.
Anggorodi, 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mairizal, 1991. Penggunaan ampas tahu dalam ransum unggas. Poultry Indonesia, No. 133.
Rasyaf, M. 1987. Memelihara Burung Puyuh. Penerbit. Kanisius, Yogyakarta.

(Sumber : http://uripsantoso.wordpress.com)

Menentukan Jenis Kelamin Itik

Mengetahui jenis kelamin itik merupakan hal yang penting dalam memulai usaha peternakan itik. apalagi jika tujuan beternak adalah untuk menghasilkan telur. adalah sangat lucu jika ternyata itik yang dipelihara ternyata lebih banyak ternak jantannya. Menentukan jenis kelamin itik gampang gampang susah. beda jika itik tersebut sudah dewasa, mungkin agak gampang membedakannya. Berikut tips yang dapat anda pilih dalam menentukan jenis kelamin DOD.
  1. Hand Sexing; Hand sexing adalah cara menentukan bebek jantan betina dengan memegang dan melihat bagian anus / dubur / kloaka bebek. Pegang bebek dengan tangan kiri dengan punggung ke arah bawah serta tangan kanan membuka dubur. Jika ada tonjolan runcing warna putih seperti akar kecambah maka itu jantan, sedangkan apabila tidak ada maka betina. Voice Sexing;
  2. Voice sexing adalah cara menentukan bebek jantan betina dengan mendengar suaranya. Pegang bebek dan tekan bagian pangkal leher di dekat tembolok. Jika suara serak maka jantan dan jika melengking nyaring itu bebek betina.
  3. Bend Sexing; Bend sexing adalah cara membedakan kelamin betina dan jantan anak bebek/itik dod (day old duck) dengan melihat gerak-gerik bebek. Yang jantan kepala lebih besar, badan lebih besar, warna bulu gelap, gerakan lebih tenang, bulu kepala kasar panjang, paruh runcing gelap melengkung, sedangkan yang betina kebalikannya.
Cara melihat anatomi anak itik  :
  1. Peganglah anak itik dengan posisi punggung berada di bawah, bagian ekor terletak di antara ibu jari dan jari telunjuk, sedangkan kepala itik terletak di antara jari kelingking dan kedua jari lainnya. Selanjutnya ibu jari dan jari telunjuk menekan bagian atas dubur atau kloaka. 
  2. Buka dubur secara perlahan-lahan dengan ibu jari maka alat kelamin akan terlihat dari kloaka. Pada itik jantan akan tampak tonjolan seperti ujung jarum atau seperti akar berwarna cokelat keabu-abuan, sedangkan pada itik betina tidak tampak adanya tonjolan .
  3. Selain itu jenis kelamin itik meri dapat ditentukan dengan melihat warna kloaka atau dubur. Di mana dubur itik jantan berwarna agak kekuningan sedangkan itik betina berwarna agak kemerah-merahan.
(Dari berbagai sumber)


Manajemen dan Teknologi Pakan Itik

Kebutuhan nutrisi Itik / Bebekdisesuaikan dengan tingkat pertumbuhannya. Pada fase bertelurItik / Bebek membutuhkan Pakandengan kandungan protein 17%-20% dan energi sebesar 2.700kkal-2.800kkal. Pakan memegang peranan penting dan menentukan produksi telur.

Biaya produksi Itik / Bebek petelur 60%Pakan, 60% bahan Pakan berupa protein hewani. Bisa saja kebutuhan nutrisi dipenuhi dengan penggunaanPakan jadi (konsentrat). Namun, pemakaian 100% konsentrat dalamBudidaya Itik / Bebek lokal kurang ekonomis. Pilihan jatuh pada formulasi Pakan buatan sendiri ditambah Pakan alami atau kombinasi dengan konsentrat (oplosan).

Peternak di Mojosari menggunakan oplosan dengan pemakaian konsentrat 20%-30%. Bila tidak menggunakan protein alami, perbandingan dedak dan konsentrat 5 : 1. Ada peternak Itik / Bebek di Babat, Lamongan memberikan 4kg konsentrat dalam 60kgPakan. Jumlah itu untuk 360 ekor Itik / Bebek/hari. Sebagian peternak tidak menggunakan koitsenrat sama sekali. Pakan pokok berupa dedak, nasi kering, dan limbah roti, protein hewaninya keong, kulit udang, atau ikan.

Formulasi Pakan setiap peternak berbeda, sesuai pengalaman dan potensi bahan Pakantermasuk protein hewani di daerahnya. Bahah pokok Pakan sumber karbohidrat antara lain, dedak, jagung, karak, atau aking (nasi yang dikeringkan), serta menir. Peternak di Jakarta Utara memanfaatkan limbah roti. Sedangkan sumber protein hewani (segar): ikan rucah, kerang, remis, kulit udang, diberikan oleh peternak di dekat pantai. Bekicot dan keong sawah diberikan oleh peternak di areal pertanian dan rawa. Untuk mengantisipasi kurangnya ikan segar, bisa dikeringkan dan dibuat tepung.

Jumlah Pakan yang diberikan juga bervariasi. Patokannya seekor Itik / Bebekmembutuhkan 155g/hari (kering). Pada kadar air 15%-20% bobotnya kurang lebih 220g. Peternak di Mojosari memberi Pakan 20kg/100 ekor/hari. Sedangkan peternak lain memberi 7kg aking, 5kg katul, dan 15kg ikan segar atau 5kg tepung ikan. Atau 25kg-27kg per hari. Pakan itu untuk 100 ekor per hari. Ada lagi yang memberikan total Pakan20kg-25kg/100 ekor/hari. Kalau protein hewani keong atau ikan cukup 5kg, kulit udang 10 kg.

Pemberian protein hewani sangat penting. Tanpa amis-amisan produksinya rendah. Ada peternak yang mencampur bahan protein hewani seperti ikan, kulit udang, atau remis jadi satu dengan Pakan pokok. Namun, ada juga yang memisahkannya, protein hewani ibarat camilan. Untuk memudahkan Itik / Bebek mengkonsumsi, protein hewani harus dirajang atau dicacah menjadi potongan kecil. Keong sawah atau bekicot ditumbuk atau dipecahkan cangkangnya.

Itik / Bebek kurang bisa beradaptasi dengan makanan kering, sehingga Pakan harus basah. Sesuai dengan bentuk paruh, Itik / Bebek lebih sesuai dengan Pakan basah. Namun jangan terlalu basah, kandungan airnya tidak lebih 20%. Formulasi Pakan yang sudah disiapkan biasanya ditambah air dan diaduk jadi satu dalam wadah.
(Sumber : www/http://binaukm.com)

Mengolah Telur Itik Menjadi Telur Asin

Pada dasarnya proses pembuatan telur asin ini ada beberapa cara. Namun kebanyakan orang lebih memilih dengan cara direndam atau di balut dalam adonan garam dicampur dengan serbuk bata merah, tanah liat, atau abu gosok. Selain itu juga ada yang merendamnya dengan cairan teh bercampur dengan adonan garam. Dalam hal ini kesemua cara tersebut bertujuan sama yaitu membuat telur itik menjadi telur yang berasa asin. Tetapi ada juga yang mencoba membuat telur asin dengan ditambahkan rasa jahe, rasa jeruk, bahkan rasa cabai kedalam larutan garamnya, sehingga rasa telur tersebut tidak hanya asin, melainkan berpadu dengan rasa lain yang telah ditambahkan kedalam adonan garam tersebut.

A. Pemilihan Telur
Untuk mengetahui secara pasti kondisi telur yang akan diasinkan, maka perlu dilakukan pemeriksaan sekaligus pemilihan (sortasi). Namun, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa telur-telur yang akan diperiksa tersebut merupakan telur yang belum pernah dierami sama sekali, sehingga kemungkinan adanya janin didalamnya dapat dihindari. Disamping itu, harus dihindari juga penggunaan telur yang telah mengalami keretakan atau pecah kulit, karena selama dalam perendaman putih telurnya akan menerobos keluar dan membuat larutan perendamannya berbau busuk.

Pemeriksaan dilakukan dengan memasuukan telur-telur tersebut kedalam suatu wadah atau bak plastik yang telah diisi dengan air, kemudian mengamati posisi telur telur etrsebut didalam air. Telur yang melayang. harus segera dipisahkan, sedangkan telur yang tengelam atau yang setengah melayang dibiarkan terendam beberapa saat sehingga kotorannya mudah dibersihkan. Telur-telur yang baik tersebut, kemudian dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air hingga benar-benar bersih, serta ditiriskan.

Pemeriksaan telur bisa juga dilakukan seperti langkah-langkah berikut :
  • Kelompokkan telur berdasarkan tingkat kebersihannya. kemudian bersihkan mulai dari kelompok kotor kemudian kelompok yang sangat kotor.
  • Telur yang kurang kotor dapat dibersihkan dengan kain/busa halus yang kering atau ampelas nomor 0. Telur yang g kotor dan sangat kotor ditempatkan diwadah terpisah dan dibersihkan dengan cara merendamnya dalam air detergen hangat selama 2 menit untuk melepaskan kotoran yang sudah mengering.
  • Teropong telur yang sudah kering. Perhatikan keutuhan kerabang, keadaan isi telur dan rongga udaranya. Pilihlah telur yang kerabangnya utuh/tidak retak dan isi telur terlihat bersih serta memiliki rongga udara lebih kecil.


B. Membuat Adonan dan Larutan
Sebelum memulai proses pembuatan telur asin, kita buat adonan garam atau larutan garam terlebih dulu untuk bahan pemeraman atau perendaman telur. Kalau kita baru pertama kali membuat telur asin, maka kita harus lebih memperhatikan takaran media atau garam yang akan kita larutkan, agar rasa asin pada telur tidak kurang atau berlebihan. Karena proses pembuatan telur asin ini bisa dilakukan dengan beberapa macam cara. maka kita akan bahas satu persatu cara membuat adonan atau larutan ini.
  1. Membuat Larutan Garam.Proses pembutan larutan garam jebuh ini berfungsi sebagai larutan perendam telur. Proses ini harus didahulukan karena membutuhkan waktu lama untuk mendinginkannya kembali. Adapun proses pembuatannya diawali dengan memanaskan air hingga suhu tertentu (tidak perlu sampai mendidih) yang sekiranya cukup dapat membantu proses pelarutan garam dan saltpeter. Kemudian masukkan garam dan saltpeter, dan aduk hingga larut seleuruhnya. Selanjutnya angkat larutan garam jenuh tersebut dari perapian, dan diamkan beberapa saat hingga menjadi dingin kembali.
  2. Membuat Adonan Garam. Karena media adonan yang akan dibuat ada 3 jenis, maka kita tentukan takarannya untuk masing-masing media.
  • Adonan 1 dengan media tanah liat. Takarannya untuk telur ayam atau itik 30 butir, tanah liat 20 genggam, sekam padi 0,5 kg, gara 1 kg, air bersih secukupnya.
  • Adonan 2 dengan media abu gosok atau abu dapur. Untuk telur ayam atau itik sejunlah 30 butir, takarannya abu gosok 60 genggam, garam 1 kg, air bersih secukupnya.
  • Adonan 3 dengan media serbuk bata merah. Dengan telur ayam atau itik yang berjumlah 30 butir, kita gunakan serbuk bata merah sebanyak 60 genggam, garam 1 kg, salpeter atau sendawa 50 gram, air bersih secukupnya dan sabun cuci secukupnya.
Cara membuatnya adalah sebagai berikut.
  • Salah satu bahan adonan (tanah liat, abu, atau serbuk batu merah), dicampur dengan garam dan salpeter sesuai takaran yang telah ditentukan.
  • Aduk adonan tersebut hingga tercampur merata.
  • Kemudian tambahkan air sedikit demi seedikit sambil diaduk menjadi adonan yang kental agar dapat melekat pada kulit telur.
Untuk mendapatkan tingkat kekentalan yang tepat, adonan dapat dicoba untuk ditempelkan pada kulit telur. Apabila adonan tersebut dapat melekat dengan baik dan mudah, bararti tingkat kekentalannya telah tepat. Dengan cara pemeraman ini, sebagian sebagian kecil (5%-10%) dari garam akan terserap kedalam telur. Oleh karena itu, bila adonan pembalut akan dipergunakan lagi, maka perlu ditambahkan garam pada adonan tersebut sebanyak 5%-10% dari total berat garam semua.

Dalam pembuatan setiap adonan, kadar air yang dibutuhkan disesuaikan dengan tingkat kekeringan media. Makin tinggi tingkat kekeringannya, maka makin banyak pula air yang diperlukan. Kebutuhan air dinyatakan cukup apabila adonan sudah dapat menempel pada kulit telur. Adonan yang mendapat air dalam jumlah yang kurang ataupun berlebihan, akan mengakibatkan adonan tidak dapat menempel pada kulit telur.

C. Proses Membuat Telur Asin
Untuk membuat telur asin, kita harus tahu cara-caranya secara rinci. Setidaknya secara garis besar kita mengetahui urutan pembuatan telur asin ini. Adapun beberapa cara membuat telur asin yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang adalah sebagai berikut.
  1. Perendaman dengan larutan garam.Perendaman telur dilakukan selama 7-10 hari dalam larutan garam yang sudah didinginkan, agar menghasilkan telur asin yang rasa asinnya cukup enak untuk dinikmati. Sebelum telur-telur dimasukkan kedalam wadah perendaman, terlebih dahulu letakkan wadah tersebut ditempat yang aman dan rata, untuk menghindari retak atau pecahnya telur pada saat proses perendaman.
  2. Pemeraman dengan adonan garam. Caranya adalah dengan membungkus telur menggunakan adonan garam. Usahakan agar tiap sisi memiliki tingkat ketebalan yang sama, agar rasa asin yang meresap kedalam telur merata. Kemudian taruh dalam wadah dan peramkan selama 7-10 hari. Setelah pemeraman dianggap cukup maka adonan pembungkus harus segera dilepas dari telur tersebut, sehingga rasa asin pada telur tidak berlebihan. Meresapnya larutan garam kedalam telur memperngaruhi kualitas produk telur asin tersebut.
  3. Perendaman dengan adonan garam. Cara perendaman dengan adonan ini lebih mudah dibadningkan dengan cara pemeraman. Kita tinggal menyediakan wadah, lalu tuangkan sedikit adonan kedalam wadah tersebut sebagai lapisan bawah dan ratakan. Kemudian letakkan telur-telur yang sudah bersih diatas lapisan adonan, dengan memberikan jarak antara telur. Setelah itu timbunlah telur-telur tersebut dengan adonan yang masih tersisa sampai rata menutupi semua telur. Biarkan telur terendam adonan garam selama 7-10 hari. Dalam perendaman ini adonan yang dibuat haruslah lebih banyak daripada untuk pemeraman, karena telur harus tertutup rapat dengan adonan.

D. Pemanenan.
Setelah dirasa perendaman atau pemeraman cukup waktunya (+/- 7-10 hari ). segera bongkar adonan pembalut pada telur. Agar tidak merusak telur pada saat pengbongkaran adonan pembalut, sebaiknya tambahkan sedikit air hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Dengan demikian, adonan dapat dibongkar dengan lebih mudah dan aman. Setelah itu, pisahkan telur yang kulitnya retak atau memperlihatkan tanda-tanda kebusukan. Simpan telur yang baik ditempat yang dingin atau bisa langsung direbus. Jika telur hendak dipasarkan, biasanya sisa-sisa adonan yang menempel tidak di bersihkan semua untuk membedakan dengan telur tawar yang masih mentah.

E. Perebusan
Bila telur asin hendak dipasarkan dalam keadaan matang, maka perebusan dapat langsung dilakukan. Cuci dahulu telur asin yang hendak direbus hingga bersih. Untuk mncegah retak atau pecahnya telur dalam proses perebusan ini, sebaiknya dilakukan cara perebusan seperti berikut ini.
  • Masukkan telur dalam panci perebus yang telah diisi dengan air secukupnya.
  • Panaskan dengan api kecil, usahakan agar air perebus menjadi panas namun tidak mendidih (+/- 30 menit).
  • Selanjutnya, api dapat dibesarkan hingga air mendidih.
Hal ini dilakukan agar putih telur menjadi matang atau mengental terlebih dahulu sebelum mematangkan semua isi telurnya. Sehingga benturan-benturan yang terjadi selama perebusan, tidak akan menyebabkan retak atau pecahnya telur-telur asin tersebut.Untuk telur asin matang dari hasil perendaman dengan larutan garam jenuh, biasanya memiliki putih telur yang berlubang-lubang (keropos). Telur asin yang dihasilkan baik dari cara perendaman dengan larutan jenuh, melalui pemeraman, atau perendaman dengan adonan media garam, memiliki hasil yang berbeda-beda baik rasa maupun warnanya. Demikian juga dengan jenis telur dan juga tebal atau tipisnya kulit telur yang mempengaruhi daya serap telur terhadap laritan garam sehingga memberikan hasil yang berbeda pula.

F. Tips Khusus Membuat Telur Asin.
Dalam telur asin terdapat kandungan gizi seperti protein, karbohidrat dan mineral beberapa kali lebih besar dibanding telur ituk tawar. Ciri Telur Asin Rebus Yang Baik adalah memiliki kuning telur berwarna kuning cerah dan berminyak. Dan posisi kuning telur berada ditengah-tengah, bukan dipinggir juga tidak banyak terdapat rongga. Simak baik-baik tips untuk proses membuat telur asin.
  1. Direndam dalam larutan teh.Setelah jadi telur asin mentah biasanya langsung dicuci dan direbus hingga matang. Namun ada juga sebagian orang yang merendam telur pada larutan teh terlebih dahulu sebelum telur asin mentah tersebut direbus. Bahkan kalau mungkin perendaman dilakukan selama 4-8 hari. Biasanya telur asin yang sudah matang dapat bertahan selama 2-3 minggu. Namun jika hal ini dilakukan keawetan telur asin dapat mencapai hingga 6 minggu.Penggunakan ekstrak daun teh ini bertujuan agar zat tanin yang terkandung dalam daun teh dapat menutupi pori-pori telur serta memberikan warna coklat muda yang menarik. Juga aroma telur asin yang dihasilkan akan lebih disukai konsumen.
  2. Telur Asin dengan Berbagai Aroma.Dalam khalayak umum sudah pernah ada yang bereksperimen membuat telur asin dengan membubuhi berbagai macam aroma dan rasa, seperti telur asin rasa jahe, cabe, juga jeruk.Penelitian yang dilakukan adalah memberikan campuran ekstrak jahe, cabe, atau jeruk kedalam larutan garam jenuh untuk merendam telur itik. Cara membuat ekstrak jahe tersebut adalah dengan mengupas bersih jahe, kemudian diblender dengan air secukupnya, lalu disaring dan jadikan ekstrak jahe. Hal yang sama dapat dilakukan untuk membuat ekstrak rasa lainnya. Kemudian ekstrak inilah yang akan dicampurkan kedalam larutan garam jenuh yang sudah dingin, lalu diaduk rata. Kemudian rendam telur itik kedalam larutan tersebut selama 7-10 hari. Langkah selanjutnya sama seperti pada pembuatan telur asin biasa. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penyampuran ekstrak rasa kedalam larutan garam jenuh untuk merendam telur hanya akan mempengaruhi rasa asin dari telur tersebut, namun tidak mempengaruhi warna baik putih maupun kuning telurnya.Jadi bila kita menambahkan ekstrak jahe maka rasa asin telur akan bercampur dengan rasa jahe begitu pula untuk ekstrak rasa yang lain. Sehingga kita bisa membuat sendiri telur asin rasa jahe, telur asin rasa pedas, dan telur asin rasa jeruk. 
(Sumber: www.indoforum.org)

Road Map Perbibitan Itik Nasional


Bibit ternak itik berupa Day Old Duck (DOD) sedangkan benih itik lokal berupa telur tetas (hatching egg/HE). DOD maupun telur tetas itik yang diproduksi di dalam negeri sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan bibit/benih itik secara nasional. DOD ternak itik banyak yang dihasilkan melalui penetasan tradisional atau mesin tetas. Ketersediaan telur tetas itik cukup memadai, mengingat sebagian besar itik dipelihara dengan sistim umbaran menggunakan itik pejantan dalam sekelompok itik induk (dewasa betina), relatif terbatas itik yang dipelihara sistim baterai untuk khusus produksi telur konsumsi. Ketersediaan telur tetas maupun DOD ini memiliki peran yang tinggi dalam peningkatan populasi itik maupun penyediaan daging dan telur itik bagi konsumen.

Alur ketersediaan bibit itik menggambarkan pola ketersediaan bibit itik terutama berasal dari perhitungan populasi itik di Indonesia. Dari alur tersebut terlihat masih terdapat kekurangan bibit itik yang cukup tinggi. Pada tahun 2008, populasi itik lokal sebanyak 49 juta ekor, dari jumlah tersebut akan dihasilkan DOD sebanyak 20 juta ekor. Kebutuhan DOD untuk pemenuhan daging dan telur sebanyak 44 juta ekor, sehingga terdapat kekurangan bibit itik sebanyak 24 juta ekor. Kekurangan bibit tersebut terutama untuk pemenuhan kebutuhan telur konsumsi. Ketersediaan bibit itik lokal diprediksi masih mengalami kekurangan sebesar 7,3 juta ekor pada tahun 2009 dan hanya 0,9 juta ekor pada tahun 2010. Kekurangan bibit tersebut terjadi bila pemerintah hanya mengandalkan populasi dan tidak melakukan upaya – upaya untuk mendorong peningkatan penyediaan bibit itik secara nasional. Namun bila pengaturan pola pemeliharaan dan perbibitan itik dilakukan maka kekurangan bibit dapat diminimalisir sehingga pada tahun 2010 tidak terjadi kekurangan bibit karena adanya pertumbuhan populasi yang semakin membaik.

Alur ketersediaan bibit itik pada tahun 2008 hingga 2010 menjelaskan bagaimana pemenuhan akan kebutuhan daging dan telur itik dalam kurun waktu 3 tahun beserta kekurangan bibit itik (DOD) di dalam negeri. Bilamana kebutuhan DOD untuk mensuplai kekurangan daging dan telur tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan pemenuhan kebutuhan daging dan telur itik yang kurang atau pertumbuhan populasi yang tidak sesuai target. Ternak itik ini di Indonesia banyak di budidayakan di beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali.

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan diikuti dengan peningkatan konsumsi daging dan telur itik lokal serta setelah menganalisa ketersediaan bibit itik lokal, menunjukan kekurangan bibit yang cukup tinggi. Untuk mempercepat pemenuhan penyediaan bibit, maka diperlukan strategi sebagai berikut (1) Peningkatan penyediaan bibit itik lokal; (2) Peningkatan mutu bibit; (3) Optimalisasi kelembagaan dan SDM Perbibitan, serta pembentukan unit kerja perlindungan galur ternak.

Pelaksanaan dari strategi perbibitan itik tertuang dalam langkah – langkah operasional penyediaan bibit itik. Langkah – langkah operasional tersebut dapat terwujud melalui kerjasama antara pemerintah (pusat dan daerah), perguruan tinggi, lembaga penelitian dan masyarakat peternak. Upaya pemenuhan kekurangan DOD selama 3 tahun (2008 hingga 2010) dapat dilakukan secara bertahap melalui beberapa langkah operasional dengan memperhatikan road map perbibitan itik tersebut di atas.

Pemerintah berperan sebagai regulator, bekerjasama dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan masyarakat peternak, terutama dalam (i) penyusunan pedoman, norma, aturan, dan standar di bidang perbibitan, (ii) pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku perbibitan dan (iii) monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan di bidang perbibitan itik. Pemerintah berperan juga sebagai penyedia bibit / benih yang dilakukan melalui UPT dan UPTD Perbibitan. Perguruan tinggi dan lembaga penelitian berperan dalam melakukan penelitian dan pengkajian dalam pembibitan itik, metode dan manajemen produksi itik serta cara peningkatan produktivitas serta kualitas bibit itik. Swasta atau masyarakat berperan sebagai pelaku usaha pembibitan dan budidaya itik untuk pemenuhan kebutuhan bibit itik di kelompok peternak dan penyedia daging dan telur bagi konsumen. Assosiasi peternak unggas lokal (Himpuli) berperan dalam pengembangan usaha pembibitan dan budidaya unggas melalui pemberdayaan kelompok peternak, pelatihan, magang dan studi banding serta pelestarian SDGT itik. Kelembagaan peternak atau kelompok peternak itik yang telah komersial seperti yang ada di Lamongan, Mojosari, Bantul, Sleman, Tegal, Brebes, Tasik dan Cianjur agar dapat digunakan sebagai penggerak bagi pertumbuhan kelompok peternak di daerah lain yang memilki kemiripan potensi sumberdaya alam, sehingga usaha pembibitan dan budidaya itik secara komersial semakin berkembang.
(Sumber : Ditjennak, 2008)

Olahan Bebek Ala Minang

Daging itik/bebek termasuk bahan pangan hewani yang lezat, dan karena itu digemari banyak orang. Lihat saja, warung-warung tenda yang menyajikan menu bebek goreng atau bebek bakar, nyaris selalu ramai diserbu pengunjung. ”Dagingnya memang agak alot, tapi gurih,” komentar seorang penggemar bebek goreng, yang biasa menyantap makanan kegemarannya di salah satu warung tenda di Jalan Margonda, Depok.

Kalau selama inipun Anda termasuk penggemar bebek goreng, tak ada salahnya Anda mencicipi olahan bebek yang lain. Tahukah Anda, Ranah Minang juga punya olahan bebek yang lezat lho. Jangan khawatir, Anda tak perlu jauh-jauh terbang ke Sumatera Barat untuk menikmatinya. Anda yang kebetulan tinggal di Jakarta dan sekitarnya, bisa mencicipinya di sejumlah restoran atau rumah makan Padang yang tersebar di Jakarta. Salah satunya, restoran Canaro di Jl Panglima Polim IX Jakarta Selatan.

Ada dua olahan dari bebek yang menjadi unggulan restoran ini yaitu gulai bebek cabai hijau dan rendang bebek. ”Gulai bebek cabai hijau memang favorit pengunjung kami. Sampai-sampai, orang dari Depok kalau mau cari gulai bebek cabai hijau, ya kemari,” kata Ridwan, juru masak restoran ini.

Orang Minang, mengenal gulai bebek dan rendang bebek sebagai masakan khas Bukittinggi. Tak heran, Ridwan yang memang asli Bukittinggi, sangat terampil mengolah masakan ini. ”Di sana (Bukittinggi), gulai bebek cabai hijau atau rendang bebek selalu hadir pada saat-saat istimewa seperti acara pernikahan, sunatan, pemilihan datuk, dan acara-acara lainnya,” cerita Ridwan. Walau begitu, bukan berarti ketika tak ada perayaan, masyarakat Bukitinggi tak pernah mengolah masakan ini. ”Kapan saja, orang bisa membuat masakan ini.”

Dibanding daging ayam, daging bebek memang relatif lebih alot. Begitu pun aromanya, konon lebih amis. Namun dengan teknik pengolahan yang tepat, daging bebek pun bisa tampil sebagai sajian yang empuk dengan cita rasa yang menggoda.

Untuk mendapatkan olahan bebek yang prima seperti itu, memang perlu sedikit usaha. Upaya itu dimulai dari pemilihan bebek. Sebaiknya pilih bebek yang tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda. ”Bebek yang terlalu tua dagingnya sangat alot, sementara yang terlalu muda, dagingnya sedikit,” kata Ridwan. Upaya berikutnya adalah membersihkan bebek. Ridwan biasa mendapatkan bebek yang sudah dibuang bulunya dari pemasok. Bebek ini tidak langsung dipoong-potong lalu dicuci. Ridwan, sang juru masak di restoran Canaro, biasa membakar terlebih dahulu bebek itu di atas bara api sampai berminyak. ”Sembari dibakar, sambil kita membersihkan bulu-bulu yang masih tertinggal. Membersihkannya pakai daun pisang. Selain bersih, juga supaya aromanya sedap,” kata lajang berusia 34 tahun ini.

Setelah tak ada lagi sisa bulu yang tertinggal, barulah bebek dipotong-potong sesuai selera (biasanya satu ekor bebek dipotong-potong menjadi 5-6 bagian), dilumuri dengan cuka atau jeruk nipis, lalu cuci sampai bersih. Bebek pun siap diolah (resep lihat dalam boks).

Untuk membuat gulai bebek cabai hijau, digunakan aneka bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai hijau, jahe, kunyit, yang ditumbuk lumayan halus. Mungkin, ada di antara kita, dengan alasan kepraktisan, lebih suka membuat bumbu halus dengan cara diblender. Namun, jika Anda hendak mencoba membuat gulai bebek khas Bukittinggi ini, sebaiknya tidak menghaluskan bumbu dengan piranti elektronik itu. Mengapa?

Menurut Ridwan, kalau diblender, bumbunya terlalu hancur sehingga aroma khas dari cabai dan aneka rempah-rempah itu malah kurang terasa. ”Karena itu, saya senang yang alami, pakai tumbukan dari batu. Cara seperti ini pula yang diajarkan para sesepuh saya di Bukittinggi,” kata pria yang pernah menjadi juru masak di sejumlah restoran Padang ini. Lalu, seberapa halus bumbu itu ditumbuk? ”Paling tidak sampai biji cabainya tidak kelihatan lagi,” kata Ridwan mengingatkan.

Mengolah bebek cabai hijau, sambung Ridwan, butuh waktu lumayan lama, sekitar dua jam. Anda tak sabar memasak selama itu? Ingat lho, sebaiknya Anda tak mengambil ‘jalan pintas’ dengan menggunakan panci tekan (pressure cooker). Ridwan bilang, memasak bebek dengan panci tekan akan membuat daging bebek terlalu lunak (malah, bisa-bisa hancur). Cita rasanya juga kurang sedap.

Satu hal lagi yang diingatkan oleh Ridwan adalah, ketika mengolah bebek selama sekitar dua jam itu, gunakanlah api kecil. Dalam dunia kuliner, inilah yang disebut memasak dengan teknik simmering. Ridwan mengaku, selalu menerapkan teknik ini setiap kali membuat gulai, rendang, juga membuat bebek cabai hijau ini. ”Dengan api kecil, bumbu lebih meresap, daging bebeknya pun menjadi empuk. Kalau dimasak dengan api besar, bumbunya saja yang matang, tapi dagingnya nggak empuk.”

Nah, dengan cara memasak seperti ini, gulai bebek cabai hijau olahan Ridwan bisa tahan satu minggu tanpa masuk kulkas. Rasanya? Tentu saja lezat. Bagaimana pula dengan rendang bebek? Sajian inipun termasuk salah satu sajian favorit di restoran milik Drs Arslan Soekoen ini. Cara membuatnya, tak beda dengan ketika kita membuat rendang daging. Hanya saja, mengolah rendang bebek, cuma butuh waktu sekitar dua jam, sementara rendang daging sapi sekitar empat jam.

Hal lain yang membedakan rendang bebek dengan rendang daging adalah dalam penggunaan santan. Pada rendang daging, digunakan santan kental berikut santan encernya. Namun, pada rendang bebek, yang digunakan adalah kepala santan. Bagaimana cara mendapatkan kepala santan ini? ”Santan yng baru diperas, didiamkan sekitar 15 menit. Lalu bagian putih yang terdapat di bagian paling atas santan itu, kita ambil untuk memasak. Sedangkan cairan encer dan bening yang ada di bawahnya tidak kita gunakan,” terang Ridwan. Anda tertarik membuat rendang bebek? Jika begitu, simak resepnya dalam boks. Selamat mencoba!
(Dari berbagai sumber-wd13102011)

Itik Cihateup : Plasma Nutfah Unggul dari Tasikmalaya

Di Tasikmalaya, itik Cihateup merupakan komoditas ternak unggas lokal yang sangat potensial sebagai penghasil telur. Perannya dalam menunjang perekonomian petani cukup besar, karena produktivitasnya sangat tinggi yakni rataan produksi telur 290 butir per ekor per tahun, tingkat kematian dewasa sekitar 2 - 5%, dan berdaya adaptasi dengan kondisi lingkungan agraris cukup tinggi.

Rataan bobot telur itik Cihateup adalah 69,34 ± 2,39 g dengan koefisien keragaman sebesar 3,45 (%). Hal ini menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan di daerah penelitian hampir relatif seragam dengan bobot telur yang cukup tinggi. Bobot telur ini lebih berat dibandingkan dengan bobot telur itik Cihateup hasil penelitian Wulandari (2005) yang dipelihara di Balitnak yaitu sebesar 68,0 g dan 65,6 g masing-masing untuk bibit itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut. Keadaan ini disebabkan bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh pada sifat kuantitatif. Diduga individu itik yang dipelihara para peternak di Cihateup merupakan itik hasil hasil seleksi yang cukup ketat, yang dilakukan terus menerus serta adanya daya dukung faktor lingkungan untuk memunculkan keunggulan genetis yang sudah diperoleh. Sejalan dengan pendapat Rishell (1977), dengan adanya seleksi maka performans yang dihasilkan akan maksimal dan seragam.

Rataan indeks telur itik Cihateup 81,30 ± 1,19 %, dengan koefisien keragaman 1,47%, termasuk kategori normal. Indeks telur mencerminkan bentuk telur, dan dipengaruhi oleh genetik, bangsa serta proses-proses selama pembentukkan telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Fertilitas telur itik Cihateup di daerah penelitian adalah 95 % dengan daya tetas sebesar 85 %. Tingginya fertilitas itik tersebut menunjukkan bahwa kualitas semen yang dihasilkan pejantan itik Cihateup adalah sangat baik sehingga mampu membuahi sel telur dengan sempurna, rasio pejantan dengan induk betina yang digunakan adalah 1:10.

Daya tetas telur itik Cihateup sebesar 85 % cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa proses penetasan telur berlangsung dengan baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa kualitas genetik itik Cihateup sangat baik karena itik yang ada merupakan hasil seleksi yang cukup ketat, dan didukung oleh keterampilan manajerial pemilik itik yang sangat berpengalaman.

Rataan bobot DOD itik Cihateup cukup tinggi dengan keragaman rendah, sehingga bobot awal itik tersebut dapat dikatakan seragam. Jika dibandingkan dengn bobot DOD itik Alabio Dan Mojosari masing-masing ,27 g dan 39,47 g hasil penelitian Susanti, dkk., (1998), maka bobot DOD itik Cihateup di lokasi penelitian ini relatif lebih tinggi. Rasio itik jantan:betina dari telur yang menetas adalah 1:2, hal ini cukup baik karena dapat memanen anak itik betina lebih banyak dibanding itik jantan. Kondisi ini cukup menunjang pada usaha peternakan itik yang bertujuan sebagai penghasil telur.
(Sumber : http://pustaka.unpad.ac.id/archives/8668-wd13102011)

ITIK PMp : Bibit Itik Pedaging Unggulan Lokal

Permintaan terhadap daging itik yang terus meningkat selama ini menunjukkan makin terbukanya pasar daging itik di Indonesia, sebagai alternatif daging unggas dalam menyediakan protein hewani murah bagi masyarakat. Perubahan kondisi ini perlu ditanggapi dengan baik oleh sistem produksi yang ada, yang selama ini lebih didominasi untuk produksi telur itik. Sumber daging itik yang ada umumnya berasal dari itik tipe petelur dengan ukuran karkas kecil, yaitu itik jantan muda yang digemukkan atau itik betina petelur setelah selesai masa bertelurnya, untuk konsumen kelas menengah ke bawah. Di samping itu juga tersedia itik Peking yang merupakan itik tipe pedaging unggulan dunia yang bibitnya diimpor dari luar negeri, dan dengan ukuran karkas yang besar untuk konsumen restoran kelas menengah ke atas.

Itik PMp merupakan bibit itik tipe pedaging baru yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi-Bogor. Bibit itik ini secara genetis mengandung kombinasi darah itik Peking dan itik Mojosari putih, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari tingkat bawah sampai atas dan dapat diproduksi lokal. Itik ini dapat digunakan untuk menghasilkan karkas ukuran sedang ataupun besar, sesuai permintaan konsumen, dengan kualitas daging itik yang tinggi. Adanya bibit itik yang baru ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan itik tipe petelur dalam penyediaan daging itik yang dapat berakibat pada terjadinya pengurasan sumberdaya genetik itik petelur. Selain itu, dalam upaya memenuhi kebutuhan daging itik, adanya itik PMp ini juga merupakan substitusi daging itik impor.

Karakteristik produksi ITIK PMp :
  • Warna bulu putih, sehingga warna kulit karkas juga bersih dan cerah
  • Bobot badan 2-2,5 kg pada umur 10 minggu
  • Jika dikawinkan dengan entog jantan dapat digunakan untuk menghasilkan itik serati dengan bobot badan 3 kg atau lebih pada umur 10 minggu
  • Umur pertama bertelur 5,5 – 6 bulan
  • Rataan produksi telur 6 bulan 73 – 78 %

Adanya bibit baru hasil teknologi pemuliaan ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya unit-unit usaha pembibitan komersial untuk menyediakan kebutuhan bibit itik, khususnya itik pedaging. Saat ini ketersediaan unit-unit pembibitan merupakan kebutuhan mendesak bagi perkembangan usaha ternak itik nasional ke arah industri yang dapat bersaing di pasar global.
(Sumber : www.http://peternakan.litbang.deptan.go.id-wd13102011)

Itik Peking : Kelas Berat Type Pedaging Unggul

Itik peking merupakan itik pedaging yang paling banyak dibudidayakan di dunia, terutama di tempat asalnya China. Itik ini populer sebagai hidangan berkelas sejak zaman Dinasti Ming. Hingga sekarang, produksinya menempati urutan teratas di antara jenis itik lainya. Penyumbang produksi terbesar adalah negara China yang memasok 73% kebutuhan itik dunia.

Itik peking masuk ke Inggris pada tahun 1872 atas bantuan Walter Steward. di Inggris, itik peking mampu menggeser kedudukan itik aylesbury dan rouen yang lebih dulu populer. Itik berbulu putih itu juga di introduksi ke Amerika Serikat oleh John Palmer pada tahun 1873 ke Long Island New York. Lama kelamaan ia pun terkenal dengan sebutan nama itik long island.

Di Amerika Serikat, sekitar tahun 1896-1897, itik peking disilangkan dengan itik aylesbury untuk menghasilkan itik pedaging yang lebih gemuk. Peking silangan itu dikenal dengan nama peking Amerika. Daging peking yang identik dengan kuliner China sangat diminati pasar Amerika. Terbukti sekitar 95% konsumsi itik di Amerika berasal dari itik peking.

Di Indonesia itik ini banyak disilangkan dengan jenis itik kaki Campbell, mojosari dan jenis itik lainnya. Hasilnya pun tidak perlu diragukan lagi, akan tetapi perlu usaha penelitian lagi lebih lanjut untuk pengembangannya.Kapasitas produksi telur itik peking dapat mencapai 110-130 butir per tahun. Jumlah produksi telur ini termasuk tinggi untuk jenis itik pedaging. Telur itik peking biasanya juga memiliki daya fertilitas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan seekor pejantan itik peking mampu mengawini 5-6 ekor betina dengan tingkat fertilitas yang cukup memadai pula. Itik peking pertama kali bertelur sekitar umur 6 bulan.

Karkas itik peking berwarna kuning dan kelihatan sangat menarik. Tekstur dagingnya juga sangat bagus. Kalau anda pesan menu masakan daging itik di restoran atau hotel berbintang kebanyakan yang disajikan adalah daging itik peking karena kekhasan warna, rasa, dan bentuknya. Persilangan dengan itik alyesbury menghasilkan keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus lagi.

Berikut spesifikasi bentuk standar itik peking jantan dan betina :
  • Kepala : agak besar dengan crown (pial) yang tinggi, bagian depan crown tersebut agak terangkat ke atas, seolah-olah terangkat dari rahang atas. Pipinya tampak penuh dan berisi
  • Paruh : relatif pendek tetapi tebal karena kulmen yang tinggi dan membulat. Warna orange cerah dengan ujung paruh agak putih
  • Mata : tampak liar dan siaga, tetapi agak terlindung olah alis yang menonjol dan pipi yang berisi, warna mata kebiruan
  • Punggung : sekitar 65% lebih panjang dari lebarnya, namun demikian tampak agak pendek karena bagian ekor terangkat ke atas, serta rump (tungging) yang menebal, sedangkan bagian depan punggung rata
  • Ekor : terangkat, lebat menyebar, dan cukup panjang
  • Badan : berimbang antara panjang dan lebar, relatif kekar, berdaging dan penuh. Tanpa kesan adanya keel. Dada lebar, perut besar dan penuh, tetapi tidak terjatuh
  • Kaki : kuat dan tidak terlalu panjang, warna merah-orange
  • Bulu : lebar dan fluffy terutama pada bagian posterior, warna putih-krem sampai krem
  • Penampilan : antara 35-40° dari garis horizontal, hidup dan agile atau ringan dalam pergerakan
  • Berat standar : jantan dewasa 4,5 kg dan betina dewasa 4 kg
Untuk pemeliharaan itik peking (peking duck), lebih tepat apabila dilaksanakan dengan system intensif. Hal ini disebabkan itik peking (peking duck) merupakan itik ras pedaging yang mempunyai kemampuan kecepatan pertumbuhan dalam waktu yang relatif singkat, di mana dalam kurun waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan berat badannya sudah bisa mencapai di atas 3 kg dengan kondisi makanan yang baik dan itik sudah siap dijual sebagai itik pedaging, dengan kualitas daging yang prima.
(Dari berbagai sumber-wd13102011)

Itik Pegagan: Plasma Nutfah Itik Lokal Sumatera Selatan

Itik pegagan adalah itik yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan,itik Pegagan ini merupakan salah satu plasma nutfah asli yang dimiliki oleh Indonesia sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan.Keberadaan itik Pegagan ini, menurut hasil penelusuran, juga masih diternakkan secara tradisional. Sehingga perkembangan budidaya itik tersebut masih jauh dari harapan untuk dapat meningkatkan potensi protein hewani.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki daerah rawa lebak, pasang surut dan irigasi. Daerah ini potensial untuk budidaya itik pegagan. Itik ini memiliki keunggulan dibanding dengan itik yang lain. Keunggulan tersebut terletak pada berat telur dan berat badan. Berat telur itik Pegagan mencapai 70-80 g dan berat badan itik betina dewasa mencapai 2,1 kg/ekor, sedangkan berat telur jenis itik lain hanya 60-65 g dan berat badannya berkisar 1,45-1,90 kg/ekor.

Berbeda dengan itik Tegal, Bali, dan Alabio, itik Pegagan belum banyak dikenal. Jenis itik ini banyak dipelihara oleh masyarakat suku Pegagan. Suku ini bermukim di kawasan rawa lebak sepanjang aliran sungai Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan, sekitar 50 km dari pusat kota Palembang. Populasi Itik Pegagan saat ini diperkirakan hanya 10% populasi itik di Sumatera Selatan.

Ciri-ciri fisik itik Pegagan:
  • Bentuk tubuh bulat dan datar, tubuh saat berdiri condong 45 derajat
  • Paruh dan kaki berwarna coklat kehitaman
  • Warna bulu pada betina coklat kehitaman berjarak, pada sayap ada bulu biru mengkilat kehitaman, ada alis kecil putih di sekitar mata
  • Warna bulu jantan keabu-abuan, di sekitar kepala, leher, sayap dan ekor ada bulu berwarna biru mengkilap kehitaman.
Itik Pegagan cocok dipelihara di lahan rawa lebak dengan sistem pemeliharaan semi intensif. Pada siang hari itik dilepas di kandang umbaran, sedangkan pada malam hari itik dimasukkan dalam kandang.Itik pegagan sebagai salah satu plasma nutfah asli Indonesia dapat menjadi alternatif dikembangkannya peternakan unggas khususnya itik.
(Dari berbagai sumber-wd12102011)