Salah satunya mengembangan itik petelur dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong. Inilah yang dilakukan kelompok tani Harapan Baru di Nagari Air Manggis, Padang Sarai Kabupaten Pasaman.Adha, ketua Kelompok Tani Harapan Baru Nagari Air Manggis Pasaman mengatakan bahwa saat ini, budi daya itik petelur yang sedang dirintis oleh kelompoknya saat ini merupakan hasil dari bantuan pemerintah provinsi. Dana ini diserahkan secara bertahap oleh Pemprov Sumbar untuk 2011 kepada rekening kelompok tani yang dipimpinnya.
“Dana ini dicairkan oleh Pemerintah Provinsi Sumbar kepada kelompok tani ini secara 3 tahap, untuk tahap I diberikan pada bulan Oktober 2011 lalu sebesar 40 persen, kemudian untuk tahap selanjutnya yatu tahap II dan III diberikan masing-masingnya pada bulan November dan Desember lalu sebesar 30 persen,” jelasnya.
Tidak cuma itu, lanjut Adha, bantuan dari pemerintah Provinsi Sumbar terhadap kelompok tani ini tidak hanya diperoleh dengan gampang. Pasalnya, sebelum mendapatkan aliran dana bantuan tersebut, kelompok tani yang berjumlah 24 orang ini lebih dahulu mengajukan proposal jenis usaha yang akan dikembangkan oleh kelompok tani itu.
Budi daya itik petelur, dikatakannya, sepenuhnya berada di bawah asuhan dinas peternakan Pasaman. Sebabnya, budi daya itik petelur di Pasaman yang ada. Oleh sebab itu, usaha yang mulai dirintis oleh kelompok tani harapan baru ini merupakan contoh bagi peternak yang akan menjalani usaha dibidang yang sama nantinya.
“Dengan luas lahan 1 hektar milik salah satu anggota kelompok, jumlah itik yang ada saat ini mencapai angka 1.124 ekor itik dengan perbandingan 1.009 betina dan 115 ekor itik jantan, bibitnya sengaja kita beli dari Payakumbuh” jelasnya lagi.
Senada dengan yang dikatakan oleh ketua kelompok tani harapan baru tadi, Irzan, yang merupakan pembina di kelompok tani ini mengatakan bahwa setelah 3 bulan berjalan, saat ini budidaya itik petelur yang dikelola kelompok ini sudah menghasilkan sedikitnya 200 telur perharinya.
“Itik ini kita beli dalam keadaan sudah berumur 3,5 bulan, hal ini sengaja dilakukan karena keterbatasan dana bantuan yang diterima oleh keltan ini,untuk mensiasatinya, itik yang dibudidayakan adalah itik yang sudah beranjak dewasa, dan pemeliharaannyapun tidak memerlukan biaya yang besar,” ucap Irzan yang merupakan kepala bidang di dinas Peternakan Pemkab Pasaman.
Sebenarnya, lanjutnya, terdapat dua pilihan budidaya itik/bebek petelur yang umum dilakukan yaitu sistem gembala (angon) atau dikandangkan (semi intensif). Budidaya itik digembalakan sepintas menguntungkan, karena tidak membutuhkan pakan tambahan.
Namun, sebenarnya produktivitasnya tidak maksimal. Bila produktivitas itik kandang bisa mencapai 80 persen, itik paling-paling hanya 50 persen. Menggembalakan itik juga banyak tantangannya. Petani malas, lantaran bila masuk ke sawah bekas angonan tubuhnya gatal-gatal. Angon itik/bebek tergantung musim. Saat musim panen saja peternak bisa melakukan aktivitasnya, selebihnya tidak.
Berbeda dengan sistem angon, dengan budidaya itik di kandang (semi intensif) produksi bisa sepanjang tahun. Karena produktivitasnya optimal, keuntungan juga menjadi lebih tinggi. Budidaya itik semi intensif (dikandangkan) bisa berhasil.
Apabila sumberdaya manusia, manajemen kandang dan pakannya baik. Selain itu perhatian dan ketelatenan tak dapat diabaikan. Hal ini sangat beralasan karena itik termasuk hewan yang mudah stres. Ganti orang yang memberi pakan, langsung mogok bertelur.
Sistem budidaya itik petelur intensif lebih menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengelolaan. Dari mulai pola pembibitan, pola pemberian pakan, pola pembesaran, penangan penyakit, pola perkandangan, kebersihan hingga hasil akhir melalui metode-metode yang teratur.
Dengan sistem intensif peternak dapat memperkirakan atau memperhitungkan besarnya modal dan besarnya keuntungan yang akan diraih. Produktivitas usaha terjamin. Petugas dinas perternakan tak jarang turun ke lapangan memberikan keterampilan mengenai peternakan itik.
“Dana ini dicairkan oleh Pemerintah Provinsi Sumbar kepada kelompok tani ini secara 3 tahap, untuk tahap I diberikan pada bulan Oktober 2011 lalu sebesar 40 persen, kemudian untuk tahap selanjutnya yatu tahap II dan III diberikan masing-masingnya pada bulan November dan Desember lalu sebesar 30 persen,” jelasnya.
Tidak cuma itu, lanjut Adha, bantuan dari pemerintah Provinsi Sumbar terhadap kelompok tani ini tidak hanya diperoleh dengan gampang. Pasalnya, sebelum mendapatkan aliran dana bantuan tersebut, kelompok tani yang berjumlah 24 orang ini lebih dahulu mengajukan proposal jenis usaha yang akan dikembangkan oleh kelompok tani itu.
Budi daya itik petelur, dikatakannya, sepenuhnya berada di bawah asuhan dinas peternakan Pasaman. Sebabnya, budi daya itik petelur di Pasaman yang ada. Oleh sebab itu, usaha yang mulai dirintis oleh kelompok tani harapan baru ini merupakan contoh bagi peternak yang akan menjalani usaha dibidang yang sama nantinya.
“Dengan luas lahan 1 hektar milik salah satu anggota kelompok, jumlah itik yang ada saat ini mencapai angka 1.124 ekor itik dengan perbandingan 1.009 betina dan 115 ekor itik jantan, bibitnya sengaja kita beli dari Payakumbuh” jelasnya lagi.
Senada dengan yang dikatakan oleh ketua kelompok tani harapan baru tadi, Irzan, yang merupakan pembina di kelompok tani ini mengatakan bahwa setelah 3 bulan berjalan, saat ini budidaya itik petelur yang dikelola kelompok ini sudah menghasilkan sedikitnya 200 telur perharinya.
“Itik ini kita beli dalam keadaan sudah berumur 3,5 bulan, hal ini sengaja dilakukan karena keterbatasan dana bantuan yang diterima oleh keltan ini,untuk mensiasatinya, itik yang dibudidayakan adalah itik yang sudah beranjak dewasa, dan pemeliharaannyapun tidak memerlukan biaya yang besar,” ucap Irzan yang merupakan kepala bidang di dinas Peternakan Pemkab Pasaman.
Sebenarnya, lanjutnya, terdapat dua pilihan budidaya itik/bebek petelur yang umum dilakukan yaitu sistem gembala (angon) atau dikandangkan (semi intensif). Budidaya itik digembalakan sepintas menguntungkan, karena tidak membutuhkan pakan tambahan.
Namun, sebenarnya produktivitasnya tidak maksimal. Bila produktivitas itik kandang bisa mencapai 80 persen, itik paling-paling hanya 50 persen. Menggembalakan itik juga banyak tantangannya. Petani malas, lantaran bila masuk ke sawah bekas angonan tubuhnya gatal-gatal. Angon itik/bebek tergantung musim. Saat musim panen saja peternak bisa melakukan aktivitasnya, selebihnya tidak.
Berbeda dengan sistem angon, dengan budidaya itik di kandang (semi intensif) produksi bisa sepanjang tahun. Karena produktivitasnya optimal, keuntungan juga menjadi lebih tinggi. Budidaya itik semi intensif (dikandangkan) bisa berhasil.
Apabila sumberdaya manusia, manajemen kandang dan pakannya baik. Selain itu perhatian dan ketelatenan tak dapat diabaikan. Hal ini sangat beralasan karena itik termasuk hewan yang mudah stres. Ganti orang yang memberi pakan, langsung mogok bertelur.
Sistem budidaya itik petelur intensif lebih menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengelolaan. Dari mulai pola pembibitan, pola pemberian pakan, pola pembesaran, penangan penyakit, pola perkandangan, kebersihan hingga hasil akhir melalui metode-metode yang teratur.
Dengan sistem intensif peternak dapat memperkirakan atau memperhitungkan besarnya modal dan besarnya keuntungan yang akan diraih. Produktivitas usaha terjamin. Petugas dinas perternakan tak jarang turun ke lapangan memberikan keterampilan mengenai peternakan itik.
(Sumber : www.padangekpress.co.id)