Impor Bebek Peking akan di Stop

Sejak sepekan lalu, ditemukan ratusan itik mati di sentra peternakan di Jawa. Diduga, matinya itik tersebut akibat tertularnya itik local dengan itik impor yang membawa virus avian influenza (H5N1) atau yang lebih dikenal virus flu burung. Kementerian Perdagangan (Kemendag) langsung bergerak cepat, dan jika terbukti bakal menutup kran impor itik.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi saat ditemui di kantornya menjelaskan, saat ini pihaknya secara intensif telah berkoordinasi dengan Komite Nasional Penanggulangan Zoolosis. Ia membeberkan, temuan ratusan itik mati ini, bersamaan dengan kasus matinya itik di Australia karena terdeteksi virus flu burung. ” Tidak menutup kemungkinan bagi kami untuk segera menutup impor itik dari Australia. Kita coba lihat nanti, kalau ini besar pasti akan ditutup,” terangnya.

Bayu berkata, pihaknya bakal memantau kasus ini dengan serius sebelum memakan korban manusia. Kemendag bertugas untuk melakukan pengawasan, pembatasan, dan pelarangan. Apakah nanti dikenakan untuk semua itik atau hanya itik impor saja semua akan diputuskan nanti. “Saat ini pengimpor itik juga sudah mengehentikan impor itik dari Australia,” ungkapnya.


Secara terpisah, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade Zulkarnaen menghimbau pemerintah menutup kran impor dari semua negara, tak hanya dari Australia. Ia membeberkan selama ini Indonesia mengimpor itik dari Malaysia, Inggris, Jerman, dan Australia. “Negara pengimpor terbesar Malaysia, sumber itik mereka dari Tiongkok yang belum dinyatakan bersih dari flu burung,” ucapnya. Jenis itik yang diimpor yaitu bebek pecking. Itik itu diimpor dalam bentuk day old duck (dod) dan telur tetas.

Penyebaran virus itu, lanjut Ade, sudah menyebar di seluruh sentra itik di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Penyebaran virus terparah di Jawa Tengah, tepatnya di sepanjang Pati hingga Brebes. Sementara, di Jawa Timur ada di Tulungagung, Kediri, Mojokerto, Pasuruan, dan Madiun. Selain meminta menutup impor itik, Ade juga menghimbau pemerintah menghentikan pengembangan budidaya itik dari bibit impor. “Sebab itu juga berpotensi. Jika dibiarkan besar kemungkinan akan terus menyebar ke daerah lain. Dan yang menjadi korban adalah peternak lokal,” ujarnya.

Sebagai catatan, saat ini ada tiga perusahaan yang mengimpor itik yaitu PT Putra Prima, PT Quality Mandiri, dan PT Central Avian Pertiwi. Ketiga perusahaan tersebut tercatat mengimpor dod 25.005 ekor dengan rincian 20.765 ekor itik betina dan 4.240 ekor itik jantan. (Sumber : batampos.co.id)