Sistem Angon untuk Efisiensi Pakan

Titik impas pemeliharaan itik kurang lebih pada skala 200 ekor. Kalau peternak punya 500 ekor, keuntungannya sudah memadai, sekitar Rp100.000/hari. Demikian ungkap Warkiya, seorang peternak sekaligus Ketua Kelompok Tani Agribisnis Itik Bebek Jaya yang berlokasi di Desa Babadan, Kec. Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jabar. Syaratnya, itik harus dipelihara dengan baik, terutama diberi pakan yang bergizi dengan jumlah mencukupi sehingga tetap produktif sampai umur dua tahun.

Bekatul, Ikan, dan Sayuran
Warkiya adalah peternak itik yang tengah menikmati gurihnya keuntungan bisnis itik. “Jadi peternak itu penghasilannya lebih besar dan bisa dapat uang secara harian,” ungkap Warikya. Tumbuhnya industri pengolahan telur asin dan bahan makanan berbahan dasar telur itik, misalnya kerupuk, membuat budidaya itik semakin berkembang di wilayah ini..

Jalur pantura memang dikenal sebagai sumber pangan yang berlimpah, termasuk pakan itik, seperti bekatul (kulit ari beras), ikan, dan sayur-sayuran. Tak heran jika usaha ternak unggas air begitu marak di wilayah Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, hingga Pemalang.

Itik dipelihara di dalam kandang yang berdekatan dengan sumber air, misalnya di sepanjang bantaran sungai jauh dari pemukiman warga. Tujuannya agar tidak mencemari lingkungan serta mendekati habitat alamiahnya. “Itik yang dipelihara di pekarangan, umur 1,5 tahun produksinya sudah berkurang,” jelas Warkiya.

Pada umumnya, itik diberi pakan berupa campuran bekatul, ikan-ikan kecil atau limbah pengolahan fillet, kulit kerang, dan kangkung. “Semua bahan dicampur dengan perbandingan 40 : 40 : 20 dengan frekuensi pemberian 2—3 kali sehari,” ujar Sugiharto, Ketua Kelompok Tani Itik Maju Jaya, Panimbangan Wetan, Brebes, Jateng. Pemberian kulit kerang bertujuan agar kulit telur kuat, sedangkan ikan menjadikan kuning telur lebih cerah.

Pedaging Belum Ekonomis
Untuk menyiasati biaya pakan yang terus meningkat, sebagian peternak menggembalakan itiknya. “Mulai darimeri (anak itik) sampai bayah (itik dara), ‘kan belum menghasilkan telur. Jadi, biasanya itik diangon(digembalakan) di sawah,” ujar Nunik Pratiwi, Kepala Bagian Peternakan, Dinas Kelutan dan Pertanian Kotamadya Tegal, Jateng.

“Dengan cara dikandangkan, untuk mendapatkan bayahbiayanya sekitar Rp30.000/ekor. Kalau diumbar hanya sekitar Rp20.000/ekor,” ujar Ahmad Wakhid, Ketua Kelompok Tani Itik Tigan Jaya, di Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jabar. Sistem angon juga diterapkan pada itik dewasa yang mulai turun produktivitasnya.. Di samping untuk meringankan biaya pakan, itik jadi lebih sehat karena mendapatkan pakan yang bervariasi.

Selain telur, peternak juga masih mendapat tambahan pemasukan dari itik afkir yang dijual sebagai itik pedaging. Sayangnya, pemeliharaan itik jenis ini belum bisa dibilang menguntungkan. Menurut Syahroni, peternak itik di Brebes, untuk mendapatkan itik ukuran 1,5 kg yang dipelihara selama 6 bulan membutuhkan biaya Rp17.500/ekor. Jika harga jual itik afkir rata-rata Rp20.000/ekor, maka keuntungannya hanya Rp2.500/ekor/6 bulan.
(Sumber : www.agrina-online.com)